DI PANTOLOAN BERTEMU ACTOR "JIMMY LIN" DAN KAPAL TIDAR

Anda pernah dengar Pantoloan? Ya, Pantoloan sebuah kota pelabuhan di Palu, letaknya tak jauh dari bibir Teluk Palu. Saat berkunjung ke sana baru-baru ini, saya terkenang dau hal: Kapal Tidar dan aktor ganteng Jimmy Lin.

Penasaran ingin melihat keindahan Pantoloan, saya berkunjung  ke dermaga tertua dan paling ramai di Sulawesi Tengah ini. Sendirian. Saya memilih naik Taxi, angkutan umum dari kota Palu.  Tak kurang sejam tibalah saya di tujuan. Tarifnya hanya lima ribu perak. Jalan cukup mulus di jalur Trans Sulawesi, yang menyisir pantai barat Sulawesi Tengah menuju Gorontalo dan  Sulawesi Utara, Manado.

Pelabuhan Laut Pantoloan
Saya turun persis di pintu masuk pelabuhan. Sejumlah petugas berjaga di pintu, banyak orang berdatangan. Rupanya sedikit lagi, Kapal Tidar merapat. Kapal Tidar, adalah salah satu kapal penumpang besar milik PT Pelni. Kapal pertama yang pernah saya tumpangi ketika ke Surabaya beberapa tahun silam. Penuh kenangan. Saya membayar Rp 2 ribu untuk pass masuk. Sepanjang jalan masuk ke bagunan utama kantor pelabuhan, bergerombol orang di kios-kios yang menjual aneka makanan dan bahkan poster.
Gedung utama cukup luas dan besar, berlantai dua. Lantai satu, dijadikan kantor dan tempat registrasi penumpang. Lantai dua rupanya berupa hall, dilengkapi bangku-bangku. Bagian yang menghadap ke palabuhan dibiarkan terbuka, untuk menjaga suasana balkony. Dari sini kita dapat menyaksikan aktivitas di dermaga. Sudah banyak para penjemput duduk-duduk di sini menunggu datang para kerabat.

Di dermaga saya lihat ada tiga kapal barang yang sementara bongkar muat. Satunya lagi, sementara menjauh mungkin sudah bongkar muatan, atau entahlah. Saya lebih tertarik memandang suasana sekeliling pelabuhan. Tampak alami dan kecil tetapi cantik.  Laut teluk  Palu yang biru dan tenang. Di seberangnya rangkaian pegunungan Gawalise tampak menyatu dengan birunya langit di atas.  Angin yang bertiup cukup kencang siang itu. Sedikit melegahkan di tengah suhu udara yang hot. Asyik menikmati suasana yang sudah jarang saya rasakan ini,membuat saya tidak begitu hirau dengan orang-orang yang tengah berdatangan.
Sampai saya agak kaget, ketika seorang anak menyebut-nyebut dengan fasih nama aktor film Hongkong tahun 90-an, Jimmy Lin. "Ma, ini Jimmy Lin, yang di Tivi", kata anak itu sampil coba menarik perhatian ibunya yang sibuk bercengkrama, pada gambar poster yang tengah dia pegang.

Film Jimmy Lin

Poster di tangan gadis mungil ini, mengingatkan saya pada satu masa. Entah mengapa banyak yang menghubung-hubungkan saya dengan aktor ganteng manis imut yang disukai gadis-gadis remaja  awal tahun 90-an itu. Ada yang bilang saya mirip Jimmy Lin. Saya sendiri merasa dialah yang mestinya mirip saya (dengan agak nyombong). Tetapi apa boleh dikata, dia tenar karena akting  film. Saya bukan apa-apa, kecuali bahwa saya juga penyuka sejumlah film yang dibintanginya.
Dan ah, suasana pelabuhan menjelang kedatangan kapal penumpang, mengingatkan saya adegan Jimmy dalam film Flying Dagger. Film komedi action ini berkisah, sepasang paman dan ponakan Han Chong dan Han Lin (Tony Leung dan Jimmy Lin) pembunuh bayaran yang untuk menghabisi lawan bisnis. Salah satu adegan terjadi di pelabuhan, ketika keduanya bertarung dengang pesaing mereka di bisnis obat bius. Rasanya seperti diambil di pelabuhan Pantololan ini. Masih ada sejumlah film Jimmy yang mengambil setting pelabuhan, misalnya End of The Road dan Shaolin Popeye yang masih sering diputar di Televisi.

Kapal Tidar
Tak lama, orang mulai berteriak-teriak, kapal sudah tiba. Saya liat, benar. Tidar. Ia masih seperti dulu. Warna dominan putih masih tetap sama. Tidar tidak langsung merapat, ia mengambil manuver, memutar. Tidar masih  cukup cantik dan kokoh. Terkenang lagi, beberapa tahun silam, saat saya berdesak-desakan dengan ratusan bahkan hitungan ribu penumpang di pelabuhan Makassar menuju Surabaya. Di tengah lautan , kami dikejutkan dengan peristiwa  naas: sepasang kekasih menceburkan diri ke laut. Kapal berputar-putar mencari pasangan itu. Tidak ada tanda-tanda kehidupan, sehingga kapal melanjutkan perjalanan. Setahu saya peristiwa itu tidak pernah dimuat koran ataupun televisi.

Kali ini saya lihat penumpang tidak terlalu sesak. Kapal laut sudah kalah saing dengan pesawat sekarang ini. Penumpang yang turun tidak terlalu banyak. Penumpang yang naik pun, hanya beberapa saja. Tidar tiba dari Pelabuhan Sukarno Hatta di Makassar, dan akan terus ke Kalimantan. Saya melihat porter dan petugas pelabuhan menyerbu kapal.  Sejumlah polisi tampak berjaga-jaga memeriksa penumpang yang turun. Penjagaan rupanya diperketat di pelabuhan itu. Pantoloan merupakan pelabuhan utama masuk ke wilayah Sulawesi Tengah, termasuk wilayah  bekas konflik, Poso. Merasa telah puas melihat Pantoloan, saya kembali ke kota Palu. Sepanjang jalan pulang, dalam hati saya berpikir, bagaimana keindahan dermaga ini dikenal orang-orang. Itulah alasan, mengapa saya tidak sabar lagi membuat artikel ini untuk Anda para pembaca. Oh, ya apa memang saya ini mirip dengan Jimmy Lin ya?

Kredit Foto
www.dv2jimmylin.com/www.http//hudannur.blogspot.com/
www.reindo.co.id/

Related Post




9 komentar:

Anonim mengatakan...

Jadi penasaran kenapa diberi nama PANTOLOAN yah??? :-)

Unknown mengatakan...

hehehe, menarik saya akan cari...

stay tune..i'll be back...OK

Anonim mengatakan...

saya termasuk orang-orang yang tinggal di kota palu ternyata baru sadar akan keindahan pantoloan yang masih tersembunyi.namun sy mau bertanya tentang judul yang bapak tulis, mengapa bukan keindahan pelabuhan pantoloan yang menjadi judulnya. melainkan bpk menulis di pantoloan bertemu jimmy lin dan kapal tidar...?
karena isi dari postingan tersebut mengenai suasana pantoloan...

Unknown mengatakan...

Idris, judul hanya seperti daftar menu.Untuk tahu enak apa tidak, mesti order dan nyatap toh...heheheh
but, thanks. Mari jo rame2 ke Pantoloan

@Sisi, ups...saya masih terus mencari arti dan alasan memakai nama pantoloan...sabar ya

Unknown mengatakan...

ketika pertama melihat judul artikel ini saya langsung tertarik membacanya, apalagi saya tinggal di pantoloan dan ngefans dengan jimy lin.

saya sangat kagum, kok bisa-bisanya bapak berpikiran menyambungkan pantoloan, jimy lin dan kapal tidar ??. sangat menarik sekali !!!!!

saya jadi tertarik untuk membuat artikel-artikel yang seperti bapak buat.
satu lagi, saya baru sadar kalau bapak memang mirip jimy lin................... ^_^

Unknown mengatakan...

Siti, heheheh
Kita tunggu deh, artikelmu soal Jimmy (?)Tulisan fans biasanya jauh lebih menarik dari artikel yang ditulis seseorang yang sekedar mirip saja....

ellian^^ mengatakan...

Judul yang menarik!
Menghubungkan dua hal yang berbeda menjadi satu artikel menurut saya merupakan sesuatu hal yang menarik..
Dua hal yang berbeda terhubung dalam artikel ini, membuat satu hal yang tidak begitu menarik menjadi menarik minat pembaca karena satu hal lainnya yang memang menarik.
Entah seperti sedikit tertipu dengan judulnya sih, tapi artikel yang ringan ini cukup menghibur saya dengan gaya penulisannya yang humoris dan santai.

Unknown mengatakan...

Ellian, menghiburmu saat kelabakan di menit ahir, hehehe

seep deh sudah berhasil. Lain kale sudah tahu caranya khan?

irna mengatakan...

Artikel yang sangat menarik untuk di baca... pertama melihat judulnya saya mulai tertarik ingin membacanya...
setelah saya membacanya,,yang tadinya perkiraanku bahwa isi artikel sesuai dengan judulnya yang menceritakan tentang si penulis bertemu dengan actor tampan jimmy lin,,ternyata isinya hanyalah mengenai suasana dermaga pantoloan serta keindahan teluk palu....
walaupun judulnya agak sedikit menipu, tapi bagi saya artikel ini sangat menarik buat saya ...yang tepatnya pada paragraf 7 yang menceritakan bahwa jimmy lin lah yg seharusnya mirip si penulis ...
dan saya baru sadar setelah di perhatikan ternyata bapak sedikit mirip dengan jimmy lin ...
satu lagi ...walaupun judul seperti halnya daftar menu tapi apa yg di tuliskan harus sesuai dengan menunya atau judulnya .....

Posting Komentar