Begor Mr. Donald Pinrang VS Masakan Palu Bu Kodar di Margapura




Menyambangi warung Bebek Goreng Mr Donald di Pinrang, Sulsel saya  tersadarkan. Masakan a-la tradisional tak kalah "nendang"  racikan modern sekelas McDonald. Aroma khas minyak kelapa di warung milik La Manta ini juga mengingatkan saya pada masakan Bu Kodar di Margapura, Lambunu, Palu.

Mc Donald Van Pinrang 
Pernah ke Pinrang? Jangan buru-buru mengaku iya, kalau belum menikmati sajian bebek goreng Mr. Donald di Warung  milik Syarifuddin(lebih populer dikenal La Manta).  Terletak di jalan Dr. Wahidin, di pusat kota warung ini menjadi ikon kota  Pinrang, pasca berlalunya  "kospin". Pinrang, sebuah kota kabupaten di Sulawesi Selatan, jaraknya kira-kira 4 jam perjalaan darat ke arah utara Makassar.
Tak ada makanan lain yang direkomendasi kawan-kawan di sini , selain bebek goreng milik Syarifuddin. Barulah kemarin saya ke sini. Tengah malam, menjelang tutup. Saya beruntung, stok masih ada dan sempat ngobrol dengan Ibu Syarifuddin yang amat sangat welcome. Wanita paruh bayah, bicara antusias dengan logat khas Bugis, sambil menunggu begor dipanasin. Aroma harum khas minyak kelapa sungguh membangkitkan gairah makan.
Saya ngobrol dengan Ibu Syrarifuddin di teras depan rumah panggung, yang kolongnya disulap jadi warung. Di atas  ada  papan tua bertuliskan Warung Bebek Goreng MR Donald.  Warungnya cukup sederhana dan bersih.

Memulai warung sejak tahun 1990, dan kini menikmati status warung terkenal dan laris manis, Ibu ini tetap tampil sederhana dan rendah hati. Berempat dengan dua orang karyawan, ia dan suami berbagai tugas. Untuk menjaga kualitas, dia mengaku turun tangan sendiri. Sajian bebek warung ini murni memakai minyak kelapa asli, bikinan setempat. Bebek pun tidak sembarangan. "Hanya bebek yang tidak produktif lagi", ujur Ibu Syarifuddin. Tak heran, La Manta harus "nyari" sampai kabupaten lain, seperti Polman, dan Sidrap yang dikenal gudung bebek.Untungya, bebek selalu tersedia sepanjang waktu. Saat sekarang, harga bebek per ekor berkisar 25-30 ribu. Dari seekor itu,  dapatnya 4 potong plus2, harga sepotong 10 ribu
Harum aroma bebek  semakin  menggelitik perut saya yang sejak tadi keroncongan. Tak berapa lama, bebek pun tersaji di meja. Semangkuk nasi, plus sambal disajikan terpisah. Bebeknya berwarna kecokelatan tampak crispy, dan tidak menyerap terlalu banyak minyak. Kering di bagian luar, saat disayat daging nya benar-benar empuk langsung terlepas dari tulangnya. Bumbunya meresap sempurna hingga ke daging bagian dalam."Supaya tetep empuk, bebeknya direbus lebih dahulu sebelum digoreng," Bebek di warung ini benar-benar diolah dengan sangat baik. Semakin mantap saat daging bebek dicocol ke dalam sambal halus, yang telah digoreng dengan minyak kelapa pula.
"Kami buka  pagi hingga tengah malam. Rata-rata menghabiskan 30-50 ekor bebek tiap hari," ujarnya dengan logat Bugis kental. "Itu kalau tidak ada pesanan," tambahnya. Rupanya sudah sejak lama, melayani pesanan pelanggan (kebanyakan orang China) untuk mereka kirim ke Makassar, Surabaya, Jakarta dan Palu...ha)

Malam itu, saya minta dibungkus untuk bawa pulang ke Makassar.  Tetapi, bungkusan itu tidak pernah sampai di tempat, habis di dalam perjalanan. Benner-bener  enak!

Masakan Bu Kodar
Ketika bertugas ke Parigi Moutong beberapa bulan kemarin, rekan saya, Kiki Borman mengajak kami nginap di rumahnya di Margapura, Lambunu. Selama tinggal, kami benar-benar merasa at home, terutama sajian masakan Bu Kodar.  Bu Kodar, asli dari  Sunda. Selama beberapa tahun ikut keluarga Sutomo Borman (Alm), mantan Ketua DPRD Parimo, ayah Kiki Borman. Sekarang, Bu Kodar bertugas mengurus rumah berikut area perkebunan keluarga Borman di Margapura, Lambunu. Rumah  panggung, lebih mirip villa,  dilengkapi pendingan dan kamar mandi di tiap kamar. Di sisi depan dan belakang ada  teras cukup luas, tempat Sutomo Borman semasa hidup biasa menemui masyarakat yang datang dengan segala macam soal dan keperluan. Dari teras ini pula kami menikmati sajian aneka gorengan Bu Kodar sambil  menghabiskan waktu  memandangi  pesawahan hijau luas dengan latar belakang kebun kelapa yang seakan tak berujung. Tiupan angin pegunungan menambah nikmat, hari-hari kami.  Di pekarangan rumah,  tumbuh subur aneka pohon buah, kelapa, jambu, mangga, pepaya, jeruk.


Soal masakan, Ibu Kodar ini tipe tradisional-kreatif,  setia pada bahan-bahan alami, sayuran dan ikan segar plus minyak kelapa asli.  Racikan dengan minyak kelapa (kopra) dibuatnya terukur, hingga tidak membuat n'neg di leher. Bu Kodar juga gemar bercerita, dan selalu antusias menyajikan makanan. Bayangkan di pagi hari, Kopi panas berikut pisang goreng sudah menunggu. Di siang hari aneka masakan sudah tersedia di meja makan. Sore hari menikmati es kelapa muda, campur gula aren. Sungguh nikmat.


Margapura, Lambunu. 
Margapura di sini lebih dikenal sebagai lokasi transmigrasi. Di sini memang terdapat lokasi transmigrasi lengkap denga fasilitas dan inprastruktur pertanian. Di sini terdapat sistem irigasi yang bagus, sehingga petani dapat manen tiga kali setahun.


Secara administratif Margapura masuk di Kecamatan Bolano-Lambunu, Kab Parigi-Moutong (Parimo). Perkebunan kelapa termasuk dominan di sini. Wilayah yang berjarak 500 km utara Palu ini mengandalkan kopra sejak dahulu, hingga kini. Produsen besar minyak kelapa pun menempatkan kantornya di daerah yang dilalui jalur trans sulawesi ini. Belakangan tersiar kabar, ditemukan potensi emas besar, dan dipastikan menarik perhatian. Saya berharap kembali ke Margapura dan masih bisa menikmati sajian masakan Bu Kodar serta alam nan indah di pinggiran Teluk Tomini yang senantiasa tenang membiru, menyimpan rahasia tak terselami.






Baca Sambungan :“Begor Mr. Donald Pinrang VS Masakan Palu Bu Kodar di Margapura”

MITOS KOPI DAN “KOTA NBAPA UWENTIRA” DI KAWASAN KEBUN KOPI, PALU SULTENG



Berkunjung ke kawasan Pegunungan Pedamaran, lokasi perkebunan kopi Toarco di Toraja tahun lalu, saya menyaksikan pohon-pohon kopi sarat buah berderet rapi  sejauh mata memandang. Dijamu pula minum kopi ala Jepang. Kopinya benar-benar "nendang"! Tetapi, di kawasan Pegunungan Kebun Kopi di Palu, Sulawesi Tengah, saya tak menemui sebatang pun pohon kopi tumbuh di sana. Kecuali mitos tentang kopi dan kota Jin "Nbapa Uwentira” yang misterius!



Mitos dan Fakta Kopi

Kopi memang sarat aneka mitos. Di Etopia dari abad ke-3 ada kisah Kaldi, seorang penggembala kambing yang tanpa sengaja menemukan “biji merah ajaib”. Konon, gembala sederhana ini secara ajaib ikut menari-nari dengan riang persis kambing gembalaannya sesaat setelah mencoba memakan biji kemerahan itu. Ia demikian penasaran gara-gara kambingnya pada kegirangan setelah makan biji-bijian, yang kemudian dikenal sebagai kopi. Dari Eropa, ada kisah  Raja Gustaff II (1594-1632) yang konon mengadili dengan aturan tak lazim. Demi menentukan siapa benar dan salah dalam tindak pidana, sang raja bertitah, yang seorang hanya diizinkan minum kopi selama hidupnya, sedangkan seorang lagi hanya boleh minum teh. Siapa meninggal duluan, dialah yang dianggap bersalah. Ternyata, peminum teh lebih dulu. Dan ditetapkanlah sebagai pihak bersalah. Sejak saat itulah, muncul kepercayaan, minum kopi memperpanjang umur.
Dalam catatan sejarah, penanaman komersial kopi pertama kali dilakukan di wilayah Arab di abad ke-15. Biji kopi serta potongan tanaman kopi tersebar ke daerah Aden, Mesir, Suriah, serta Turki di mana kopi terkenal sebagai “anggur arab”. Sempat diharamkan beberapa lama, kopi dengan cepat popular, apalagi setelah dibawa ke Eropa, sekitar abad ke-17. Konon setelah diam-diam diselundupkan dari jazirah Arab.
Kedai kopi Botega Delcafe muncul di tahun 1645 di Italia. Kedai kopi itu kemudian menjadi pusat pertemuan para cerdik pandai. Di Kota London, coffee house pertama dibuka di George Yard di Lombat Sreet. Di Paris, kedai kopi dibuka pada tahun 1671 di Saint Germain Fair.
Kopi  menyebar ke kawasan Amerika, Asia dan Afrika oleh para misionaris dan para kolonis Eropa. Penanaman kopi di Jawa dan wilayah lain di Indonesia dimulai di jaman pemerintahan Kolonial Belanda. Perkebunan kopi berada di bawah kontrol pemerintah. Dua jenis kopi, Robusta dan Arabika tumbuh baik di Indonesia. Kopi robusta tumbuh di daerah rendah, sedangkan kopi arabika tumbuh di daerah tinggi.
Saat ini, kopi merupakan minuman ke-2 yang dikonsumsi di seluruh dunia, setelah air. Di Finlandia  konsumsi kopi per orang sekitar 1400 cangkir setiap tahunnya! Kopi merupakan komoditas nomor dua yang paling banyak diperdagangkan setelah minyak bumi. Total 6,7 juta ton kopi diproduksi dalam kurun waktu 1998-2000 saja. FAO memperkirakan, pada tahun 2010, produksi kopi dunia akan mencapai 7 juta ton per tahun (netsains.com)

Kawasan Kebun Kopi

Apa perkebunan kopi pernah ada di lokasi yang kini kita kenal  Kawasan Kebun Kopi di Palu Sulawesi Tengah? Orang menduga di sini pernah ada,  lantas hilang karena dilanda penyakit atau kebakaran. Sayang  tidak ada catatan resmi soal ini.  Kini, Kebun Kopi terkenal karena dilalui jalan nasional, jalan arteri utama menghubungkan wilayah barat dan timur Provinsi Sulteng. Ruas jalan Kebun Kopi memiliki sekitar 300 tikungan terjal, menanjak hingga  ketinggian 1.200 meter dari permukaan laut.  Jalur ini menjadi pilihan utama transportasi darat dari Palu menuju kota-kota lain di Provinsi Gorontalo, Sulawesi Utara, Sulawesi Selatan, dan sebaliknya. Daerah ini menjadi rawan longsor menyusul penebangan liar. Pengendara  diimbau ekstra hati-hati karena kawasan itu adalah daerah perbukitan, memiliki struktur tanah labil dan berjurang. Sejak 1994, Pemerintah Provinsi Sulawesi Tengah menjadikan  Kebun Kopi sebagai Kawasan Hutan Lindung, menyusul maraknya pemalakan hutan. Kemacetan panjang sering terjadi di jalur ini, terutama jika terjadi longsor.

“Nbapa Uwentira”


Melalui kawasan Kebon Kopi, memang terasa berbeda. Jalan menanjak lagi miring, di tepian jurang pula, cukup membuat jantung berdegup. Namun, kawasan ini menyajikan pemandangan alam nan indah. Belum lagi udaranya yang sejuk. Di puncak adalah lokasi terbaik untuk mengasoh, sambil menikmati suasana alami pegunungan. Sejumlah warung berderet di pinggir jalan. Di puncak pula ada tugu mirip rudal, bercat kuning bertuliskan Nbapa Uwentira (kalau di Indonesiakan kira-kara berarti “kota yang kasat mata”).  Sepertinya ada kaitan dengan jembatan Uwentira yang  legendaris karena keangkerannya. Bahkan dikeramatkan. Di masa lalu, setiap kendaraan yang hendak lewat mesti membunyikan klakson 3 kali, agar bisa lewat dengan selamat. Masyarakat setempat, mayoritas suku Kaili  percaya persis di bawah jembatan Uwentira terdapatlah sebuah  "kota Jin", bak kota metropolitan. Konon ada jalur transportasi modern semacam MRT yang nyambung ke Bandara Mutiara, Palu. Tak pelak lagi, inilah "kota Jin" terbesar di Indonesia. Wow!! Hanya saja, sedikit orang  bisa melihat kota Jin ini. Mereka yang punya kemampuan plus, masih pula bisa melihat dan berjumpa "warga" Ngapa Uwentira yang belanja di pasar-pasar kota Palu. Tentu saja orang kebanyakan  tak bisa melihatnya. Saya pun tidak bisa. Orang-orang yang saya temui hanya berkomentar, "konon demikian adanya". Entah apa di balik  cerita mitos aneh ini. Yang pasti, ini semakin menambah misterius wilayah ini. Sama misteriusnya kopi yang seolah lenyap dari sini. Kalau tertarik dunia alam gaib, lokasi ini layak dan perlu Anda kunjungi.

Kopi Bintang Palu
Jika di kawasan Kebun Kopi tak tumbuh  kopi, bukan berarti di Palu tidak ada tanaman kopi. Kopi tumbuh dengan baik di daerah Kabupaten Donggala dan Luwuk. Tak setenar kopi Gayo dari Sumatera atau Kopi Toraja dari Sulawesi Selatan, Kopi Palu cukup enak di nikmati. Di sini, Kopi Bintang cukup terkenal. Kopi tubruk, produk lokal sebuah pabrik kopi di Palu. Namanya CV Bintang. Beberapa kali, saya bawa ke Makassar. Komentar teman saya, "cukup nendang"!!
Orang-orang Palu juga doyan “ngopi” di warung kopi yang tersebar di seantero kota. Salah satu favorite saya adalah Cafe Toragila, di Mall Tatura. Cafe ini menyediakan menu kopi premium, termasuk kopi Toraja. Selain itu dilengkapi juga fasilitas HotSpot. Tepatlah kafe ini menjadi pilihan "ngopi" dalam suasana nyaman, sambil ber-internet ria tanpa terganggu pemadaman listrik. Sesekali juga, saya "nongkrongin" Kafe Nemu di jalan Tururuka dan Kafe Harapan di Jalan Wahidin. Keduanya, menyediakan aneka kopi. Tinggal pesan sesuai selera!!


Kredit Foto
http://l24hrs.multiply.com/ Baca Sambungan :“MITOS KOPI DAN “KOTA NBAPA UWENTIRA” DI KAWASAN KEBUN KOPI, PALU SULTENG”