ANTARA BALI DAN TORAJA


NATALAN di Toraja pada puncak festival Lovely December dan di Bali melewati detik-detik pergantian tahun menyadarkan saya, betapa kita orang-orang modern merindukan suasana yang menenangkan bathin, melupakan sejenak segala urusan yang kadang-kadang merepotkan, menekan hingga ke relung bathin. Toraja dan Bali menyediakan eskaping  terbaik dengan caranya yang khas.


Natal di Toraja
Hujan mengguyur hampir semua wilayah, di saat Toraja menyambut datangnya masa Natal. Jalan-jalan kampung berlumpur. Peserta Touring Sulawesi ke Toraja sempat kedinginan karena tenda bocor saat bermalam di alam terbuka. Puncak perayaan Lovely December di dua kota, Makale dan Rantepao dibayangi hujan. Sebuah kebakaran rumah di Rantepao sempat terjadi menjelang puncak festival budaya Lovely December. Kemarau lama sempat membuat pemandangan alam mengering. Namun,  kini lebih segar, bukit-bukit dan sawah kembali tampak hijau, menambah indah suasana December.

Suasana Lovely praktis hanya terasakan di pusat kota. Tak ada spanduk mencolok soal Lovely December, selain beberapa spanduk ucapan Natal dan Tahun baru  kandidat bupati yang tengah menarik simpati masyarakat di dua kabupaten. Hanya beberapa rumah di perbatasan Toraja-Endrekang yang memasang lampu hias. Pemerintah menghimbau masyarakat memasang lampu hias untuk menyemarakkan Lovely December. Dari Pa'tengko, Mengkendek hingga Batualu, Sangalla' tak ada lampu hias.

Tahun ini jumlah pengunjung lumayan besar, angkutan bus penuh, hotel dan penginapan rata-rata terisi. Pihak PHRI di Toraja mengakui ada peningkatan hunian selama Lovely December.
Objek-objek wisata juga ramai oleh pengunjung. Beberapa mengelukan minimnya fasilitas di objek wisata dibanding karcis masuk yang rata-rata Rp. 7500 perkepala.

Ekonomi bergerak

Sayur-mayur di beberapa pasar juga laris,termasuk sayur paku dan terong belanda favorit saya. Saya cari hingga ke pasar malam di Rantepao, sudah habis. Para penjual mengaku ada peningkatan jualan selama Lovely December. Rumah-rumah makan khas Toraja juga ramai pengunjung. RM Solata di Makale, Kios  Pong Buri di Rantepao juga mendapat banyak pesanan.

Turis Lokal lebih dominan

Lovely December tahun ini lebih dominan menarik turis lokal, ini sesuai dengan target panitia mendorong aksi pulang kampung para perantau dari Toraja.Tampaknya daya magis Bali masih lebih menarik para turis manca negara.

Bali Bagus
Bali memang punya segalanya untuk pariwisata. Menginjakkan kaki di Bali, suasana tenang langsung terasa. Bandara Internasional NgurahRai dibiarkan tetap sederhana dengan lorong-lorong bernuansa Bali yang nyaman.


Kreatifitas Bali memang luar biasa

Menyusuri jalan-jalan kota di Denpasar, suasana Bali yang penuh kreatitivitas amat terasa. Gedung-gedung, termasuk Ruko dibuat enak dipandang mata. Lampu-lampu jalan, taman-taman bunga, ornamen-ornamen khas Bali tetap tampil bersih terpelihara. Masyarakat Bali benar-benar sadar wisata, menjaga apa yang mereka sebut sapta pesona wisata.

Kreativitas itu semakin terasa bila berkunjung ke lokasi objek wisata (ups, saya rasa semua tempat di bali bisa jadi objek wisata). Tanah Lot misalnya, di sepanjang jalan masuk terdapat kios-kios yang menjajakan aneka kerajinan khas Bali, sovenir, ukiran, baju kaos yang amboy amat kreatif. Rasanya tak puas ingin memborong semuanya. Tanah Lot sendiri menjadi salah satu objek paling ramai pengunjung di Bali. Menjelang akhir tahun, ribuan pengunjung tumpak ke sana setiap hari. Suasana Hindu Bali amat sangat terasa. Para petugas mengenakan busan khas Bali, dengan ramah menyambut tetamu dari beragam bangsa.

Sumber daya Manusia yang Siap

Lama sebagai destinasi wisata dunia, kini Bali memiliki sumber daya manusia yang tak habis untuk mendukung industri pariwisatanya. Di Benoa Tirta Harum, salah satu objek wisata bahari di Bali, para petugas dan pemandu dengan enteng bersenda-gurau dengan wisatawan China, Jepang, Eropa dalam bahasa mereka sendiri. Tahu, saya dari Makassar, pemandu parasailing menyapa saya dengan sebutan Daeng. Luar biasa!! Beragam olah raga air bisa anda nikmati di sini. Saya mencoba parasailing, flaying fish, diving,dan jet ski. Harganya memang lumayan, tetapi tak sebanding dengan kepuasan karena dilayani dengan amat sangat friendly. Inilah kekuatan SDM pariwisata Bali, mereka fokus untuk kepuasan pengunjung. Lokal atau manca negara, semua diistimewahkan.

Tata Kota Yang Ramah Wisata


Pantai Legian dan Kuta, bukanlah pantai yang jauh dari pusat-pust kota metro sehingga masih mempertahankan suasana pantai berpasir. Kalau pantai Losari di Makassar kini penuh dengan beton, Legian dan Kuta tetap mempertahankan pantai berpasir putih itu. Kami melewatkan makan malam yang romantis di Pantai Legian. Restoran menggelar meja jamuan malam di atas hamparan pasir putih yang bersih. Group penyanyi menghibur tamu dari meja ke meja. Untuk sepasang kekasih dari India yang tengah berbulan madu, mereka menyanyikan lagu syarul khan, Kucukucu Huttae. Prianya spontan berdiri dan berjoget, mengundang uplaus tetangga meja. Untuk kami, satu lagu mandarin Wo Ai Ni dan Anging Mammiri, mereka bawakan menyatu debur ombak dipantai yang syahdu.
Di sepanjang Legian, terdapat banyak Restoran tetapi tetap membiarkan pantai legian tetap lestari.

Kami melewatkan malam pergantian tahun yang padat di Patai Kuta. Pasir putih Kuta yang halus memang sangat nyaman buat berbaring dengan bikini. Sensasi pasir halus memang khas, tak heran bila hingga malam pun turis bule masing senang berbekini di sana.(orang-orang lokal juga sudah banyak berbikini) Di depan Kuta, sejumlah gedung besar berderet, namun tetap menjadikan pantai terbuka. Kami makan malam di Mall Discovery yang salah satu restorannya menghadap pantai Kuta. Menjeng pergantian tahun, dentuman kembang api di atas pantai Kuta menambah gemerlapnya suasana.

Jogger Jelak, Bali Bagus

Saya tidak suka ketegangan apalagi debat kusir. Tetapi debat kusir seorang pengunjung dengan petugas di outlet kaos Jogger menarik perhatian. Hari itu, pengunjung memang padat. Nyaris semua turis lokal yang gemar belanja, antrian di beberapa konter kasir. Saya ngantri satu jam lebih, total waktu di kampung Jogger 2 jam hanya untuk membeli satu baju kaos dan satu celana pendek. Ibu di depan saya tak henti ngomel karena antrian yang mengular terkesan tidak dipedulikan para petugas outlet.  Tiap konter, hanya satu orang teler dan mengurus semuanya, dan lamban sekali. Ibu itu mengeluh ke satu petugas jaga antrian, yang berujung debat. "Kalau bukan dipesan, saya tak bakal datang ke sini. Dua kali datang, saya kapok. Produk juga itu-itu saja" Petugas tak kalah sengit, "Itulah kami Ibu, kami berbeda dengan mall-mall. Di sini orang senang Antri," bantah sang Petugas.
Entah dari mana, petugas itu mengambil simpulan. Apa saya ini manusia aneh, yang kesal dengan antrian ini. Apa seorang Ibu dari Sumatera yang terpaksa meninggalkan belanjaan karena rombongan tour sudah mau beralih ke tempat lain, dianggap suatu prestasi di sini?
Outlet yang menyebut diri pabrik kata-kata ini penuh dengan foto dan dokumentasi sang pemilik, Mr. Jogger. Ada kesan berbeda, sekaligus kesombongan (yang mungkin tanpa disadari) yang mencolok. Jogger tak ada dijual di luar, pengunjung hanya boleh belih minimal 1 (satu) maksimal 12 (duabelas) biji. Beli tidak beli, tetap thank you, kata nouncer yang diperdengarkan tiap kali. Tak ada kata maaf dan mohon bersabar untuk para pengantri yang berpeluh keringat, kecuali peringatan hati-hati dengan dompet dan barang berharga lainnya. Buat saya, benarlah apa yang mereka di Jogger katakan tentang diri mereka sendiri: Jogger jelek, Bali bagus!

Beberapa catatan
Untuk Lovely December, pantas kita menghargai upaya semua pihak yang terlibat dalam program wisata ini, terutama Gubernur Sulsel, Syahrul Yasin Limpo. Jika lovely December I dikesankan sebagai program pemerintah provinsi dan karenanya pihak kabupaten tidak dilibatkan, kali ini kesan itu hilang terutama karena ada desakan publik agar dua kabupaten di Toraja mendukung penuh acara ini.

Tidak hadirnya tiga menteri yang dijadwalkan hadir tidak perlu mengecilkan hati. Saya bertemu dan sempat bersalaman dengan Pak Mentri Perhubungan, Freddy Number dalam penerbangan Garuda ke Jakarta, nampaknya beliau terlau sibuk mengurusi angkutan nasional menjelang akhir Tahun. Kita harus maklum adanya.
Wisata  Bali yang komplet bukanlah tanpa kekurangan. Suhu udara Bali yang panas bisa membuat wisatawan tak betah. Suasana yang terlalu padat sekarang tidak selalu mengenakkan bagi sebagian turis yang butuh ketenangan. Penerbangan langsung Bali-Toraja, patut dipertimbangkan semua pihak. Suasana alami sejuk pegunungan khas Toraja bisa melengkapi Bali, berikut nuansa kebudayaan yang berbeda.
Selain festival semacam Lovely December, perlu upaya meningkatkan kesadaran masyarakat kita, bahwa industri pariwisata dapat menjamin keberlangsungan hidup, selain pertanian seperti sekarang ini.


Untuk Bali, hanya satu komentar. Bagus@ Baca Sambungan :“ANTARA BALI DAN TORAJA”