GANDRUNG FACEBOOK, SAPI DONGGALA PAKAI LOGO FB

Dear, Mark
Mark,  satu lagi kehebatan Face Book yang anda ciptakan.
Dunia hewan pun gandrung. Di pelosok teluk Palu, di pulau Sulawesi  yang permai...sapi kami yang sudah kesohor karena Kaledo tak mau ketinggalan mengusung logo FB Anda!


Foto ini diambil seorang fotografer profesional, gambar asli. Kalau sekiranya Mark ingin mengambilnya menjadi maskot facebook, silakan menghubungi pemilik foto ini: johan a saleh:
http://fiveprime.org/hivemind/Tags/central,palu


Salam




dari teluk Palu
Baca Sambungan :“GANDRUNG FACEBOOK, SAPI DONGGALA PAKAI LOGO FB”

KOPI KULAWI KAILI VS KOPI JAHE ARAB DI PALU


Mengantar rekan pendatang baru di Palu membawa saya bertemu kopi Kulawi dan kopi Jahe di Warung Kopi/Makan Harapan Indah. Kami bertemu di pesawat  Sriwijaya Air , Makassar-Palu.

Pria ramah typical marketer. Ia ke Palu dengan misi membuka jalur distribusi produk meubel milik perusahan mereka. Di tangannya sudah ada referensi penginapan, MMC (apa ya kepanjangannya?). Wow...bahkan orang-orang bandara Mutiara Palu hafal luar kepala. "MMC tempat ngumpul sales-sales'," ujar petugas berseragam bandara yang saya tanya.

Hanya dalam waktu sekian menit tibalah kami dengan taxi di Wisma MMC. Sebuah rumah toko bertingkat di  Jalan Danau Lindu, tak jauh dari pusat bisnis Palu Plaza. Satu papan kecil dengan tulisan sederhana MMC digantung di pintu kecil di sisi kiri toko bangunan ini.. "Masuk saja langsung," ujar pemilik toko sekaligus wisma ini. Seorang pria chiness paruh baya. Persis di  belakang, di lantai satu, ada  tempat parkiran motor. Motor sewaan khusus buat tetamu. Wismanya di lantai dua dan tiga. Yang dua, harganya Rp. 40 ribu/hari tanpa TV,  lantai tiga Rp. 50 ribu dengan TV. Kamar mandi di luar kamar. Terdapat layanan loundry dan makan pagi.
Kami disambut penjaga dengan penuh selidik. Mulanya mengaku full. Setelah memastikan sang tamu benar -benar sales, barulah mengaku bila masih ada kamar kosong. "Dari perusahaan mana pak, gantikan sales yang mana?" tanya pria muda ini dengan nada selidik. Kawan saya akhirnya dapat kamar.

Kini saatnya mencari makan. Warung Kopi/Makan Harapan Indah jadi pilihan, karena letaknya hanya beberapa bangunan dari MMC. Tampak bersih, lagi pula pemiliknya cukup ramah menyambut kami. Kami memesan menu Sup Tulang. Mirip kaledo, tetapi minus tulang-tulang besar dengan isi sum-sum. Tanpa sum-sum, tulang yang sudah dicincang cukup legit dinikmati dengan nasi. Kami tutup acara makan siang dengan minum kopi bersama.

Kopi Kulawi

Ci Yenny pemilik kafe menyuguhkan kopi Kulawi asli Kaili. Aromanya cukup khas, agak berat dan karenanya lumayan  "nendang". Karena beratnya, kadang-kadang orang minta dicampur susu, terang Ci Yenny. Kualitas kopi dan olahan dijamin, karena diolah sendiri. "Saya beli biji kopinya langsung dari Kulawi, Palolo, dan daerah Uwera".  Produksi kopinya memang terbatas, tetapi selalu ada. "Kadang-kadang ada yang datang antar, kadang juga mesti dijemput ditempat", jelasnya.
Kafe ini rupanya  menjadi tempat favorit makelar kendaraan di Palu.  "Di saat pasaran lagi bagus, kafe ini selalu ramai, ujar  Ci Yenny, dengan senyum memikat.


Di akhir acara minum kopi, barulah kami tahu jika masih ada menu kopi spesial di sini, kopi jahe Arab. Kopi jahe ini amat disukai orang-orang keturunan Arab. Ada komunitas Arab cukup besar di Palu. Kopi jahe pada dasarnya kopi tok,  pada saat penyajian dimasukkanlah potongan jahe untuk menambah aromanya.  Campuran jahe ini membuatnya,  nikmat, dan selain menenangkan juga menguatkan. Di balik itu tersimpan rahasia keperkasaan pria Arab yang sudah bukan rahasia lagi....

Teman baru saya, tak sabar ingin mencobanya. Saya pun demikian, kami sepakat akan kembali lagi ke sini demi kopi jahe, yang membikin kuat itu. Ada yang mau ikutan? Baca Sambungan :“KOPI KULAWI KAILI VS KOPI JAHE ARAB DI PALU”

Begor Mr. Donald Pinrang VS Masakan Palu Bu Kodar di Margapura




Menyambangi warung Bebek Goreng Mr Donald di Pinrang, Sulsel saya  tersadarkan. Masakan a-la tradisional tak kalah "nendang"  racikan modern sekelas McDonald. Aroma khas minyak kelapa di warung milik La Manta ini juga mengingatkan saya pada masakan Bu Kodar di Margapura, Lambunu, Palu.

Mc Donald Van Pinrang 
Pernah ke Pinrang? Jangan buru-buru mengaku iya, kalau belum menikmati sajian bebek goreng Mr. Donald di Warung  milik Syarifuddin(lebih populer dikenal La Manta).  Terletak di jalan Dr. Wahidin, di pusat kota warung ini menjadi ikon kota  Pinrang, pasca berlalunya  "kospin". Pinrang, sebuah kota kabupaten di Sulawesi Selatan, jaraknya kira-kira 4 jam perjalaan darat ke arah utara Makassar.
Tak ada makanan lain yang direkomendasi kawan-kawan di sini , selain bebek goreng milik Syarifuddin. Barulah kemarin saya ke sini. Tengah malam, menjelang tutup. Saya beruntung, stok masih ada dan sempat ngobrol dengan Ibu Syarifuddin yang amat sangat welcome. Wanita paruh bayah, bicara antusias dengan logat khas Bugis, sambil menunggu begor dipanasin. Aroma harum khas minyak kelapa sungguh membangkitkan gairah makan.
Saya ngobrol dengan Ibu Syrarifuddin di teras depan rumah panggung, yang kolongnya disulap jadi warung. Di atas  ada  papan tua bertuliskan Warung Bebek Goreng MR Donald.  Warungnya cukup sederhana dan bersih.

Memulai warung sejak tahun 1990, dan kini menikmati status warung terkenal dan laris manis, Ibu ini tetap tampil sederhana dan rendah hati. Berempat dengan dua orang karyawan, ia dan suami berbagai tugas. Untuk menjaga kualitas, dia mengaku turun tangan sendiri. Sajian bebek warung ini murni memakai minyak kelapa asli, bikinan setempat. Bebek pun tidak sembarangan. "Hanya bebek yang tidak produktif lagi", ujur Ibu Syarifuddin. Tak heran, La Manta harus "nyari" sampai kabupaten lain, seperti Polman, dan Sidrap yang dikenal gudung bebek.Untungya, bebek selalu tersedia sepanjang waktu. Saat sekarang, harga bebek per ekor berkisar 25-30 ribu. Dari seekor itu,  dapatnya 4 potong plus2, harga sepotong 10 ribu
Harum aroma bebek  semakin  menggelitik perut saya yang sejak tadi keroncongan. Tak berapa lama, bebek pun tersaji di meja. Semangkuk nasi, plus sambal disajikan terpisah. Bebeknya berwarna kecokelatan tampak crispy, dan tidak menyerap terlalu banyak minyak. Kering di bagian luar, saat disayat daging nya benar-benar empuk langsung terlepas dari tulangnya. Bumbunya meresap sempurna hingga ke daging bagian dalam."Supaya tetep empuk, bebeknya direbus lebih dahulu sebelum digoreng," Bebek di warung ini benar-benar diolah dengan sangat baik. Semakin mantap saat daging bebek dicocol ke dalam sambal halus, yang telah digoreng dengan minyak kelapa pula.
"Kami buka  pagi hingga tengah malam. Rata-rata menghabiskan 30-50 ekor bebek tiap hari," ujarnya dengan logat Bugis kental. "Itu kalau tidak ada pesanan," tambahnya. Rupanya sudah sejak lama, melayani pesanan pelanggan (kebanyakan orang China) untuk mereka kirim ke Makassar, Surabaya, Jakarta dan Palu...ha)

Malam itu, saya minta dibungkus untuk bawa pulang ke Makassar.  Tetapi, bungkusan itu tidak pernah sampai di tempat, habis di dalam perjalanan. Benner-bener  enak!

Masakan Bu Kodar
Ketika bertugas ke Parigi Moutong beberapa bulan kemarin, rekan saya, Kiki Borman mengajak kami nginap di rumahnya di Margapura, Lambunu. Selama tinggal, kami benar-benar merasa at home, terutama sajian masakan Bu Kodar.  Bu Kodar, asli dari  Sunda. Selama beberapa tahun ikut keluarga Sutomo Borman (Alm), mantan Ketua DPRD Parimo, ayah Kiki Borman. Sekarang, Bu Kodar bertugas mengurus rumah berikut area perkebunan keluarga Borman di Margapura, Lambunu. Rumah  panggung, lebih mirip villa,  dilengkapi pendingan dan kamar mandi di tiap kamar. Di sisi depan dan belakang ada  teras cukup luas, tempat Sutomo Borman semasa hidup biasa menemui masyarakat yang datang dengan segala macam soal dan keperluan. Dari teras ini pula kami menikmati sajian aneka gorengan Bu Kodar sambil  menghabiskan waktu  memandangi  pesawahan hijau luas dengan latar belakang kebun kelapa yang seakan tak berujung. Tiupan angin pegunungan menambah nikmat, hari-hari kami.  Di pekarangan rumah,  tumbuh subur aneka pohon buah, kelapa, jambu, mangga, pepaya, jeruk.


Soal masakan, Ibu Kodar ini tipe tradisional-kreatif,  setia pada bahan-bahan alami, sayuran dan ikan segar plus minyak kelapa asli.  Racikan dengan minyak kelapa (kopra) dibuatnya terukur, hingga tidak membuat n'neg di leher. Bu Kodar juga gemar bercerita, dan selalu antusias menyajikan makanan. Bayangkan di pagi hari, Kopi panas berikut pisang goreng sudah menunggu. Di siang hari aneka masakan sudah tersedia di meja makan. Sore hari menikmati es kelapa muda, campur gula aren. Sungguh nikmat.


Margapura, Lambunu. 
Margapura di sini lebih dikenal sebagai lokasi transmigrasi. Di sini memang terdapat lokasi transmigrasi lengkap denga fasilitas dan inprastruktur pertanian. Di sini terdapat sistem irigasi yang bagus, sehingga petani dapat manen tiga kali setahun.


Secara administratif Margapura masuk di Kecamatan Bolano-Lambunu, Kab Parigi-Moutong (Parimo). Perkebunan kelapa termasuk dominan di sini. Wilayah yang berjarak 500 km utara Palu ini mengandalkan kopra sejak dahulu, hingga kini. Produsen besar minyak kelapa pun menempatkan kantornya di daerah yang dilalui jalur trans sulawesi ini. Belakangan tersiar kabar, ditemukan potensi emas besar, dan dipastikan menarik perhatian. Saya berharap kembali ke Margapura dan masih bisa menikmati sajian masakan Bu Kodar serta alam nan indah di pinggiran Teluk Tomini yang senantiasa tenang membiru, menyimpan rahasia tak terselami.






Baca Sambungan :“Begor Mr. Donald Pinrang VS Masakan Palu Bu Kodar di Margapura”

MITOS KOPI DAN “KOTA NBAPA UWENTIRA” DI KAWASAN KEBUN KOPI, PALU SULTENG



Berkunjung ke kawasan Pegunungan Pedamaran, lokasi perkebunan kopi Toarco di Toraja tahun lalu, saya menyaksikan pohon-pohon kopi sarat buah berderet rapi  sejauh mata memandang. Dijamu pula minum kopi ala Jepang. Kopinya benar-benar "nendang"! Tetapi, di kawasan Pegunungan Kebun Kopi di Palu, Sulawesi Tengah, saya tak menemui sebatang pun pohon kopi tumbuh di sana. Kecuali mitos tentang kopi dan kota Jin "Nbapa Uwentira” yang misterius!



Mitos dan Fakta Kopi

Kopi memang sarat aneka mitos. Di Etopia dari abad ke-3 ada kisah Kaldi, seorang penggembala kambing yang tanpa sengaja menemukan “biji merah ajaib”. Konon, gembala sederhana ini secara ajaib ikut menari-nari dengan riang persis kambing gembalaannya sesaat setelah mencoba memakan biji kemerahan itu. Ia demikian penasaran gara-gara kambingnya pada kegirangan setelah makan biji-bijian, yang kemudian dikenal sebagai kopi. Dari Eropa, ada kisah  Raja Gustaff II (1594-1632) yang konon mengadili dengan aturan tak lazim. Demi menentukan siapa benar dan salah dalam tindak pidana, sang raja bertitah, yang seorang hanya diizinkan minum kopi selama hidupnya, sedangkan seorang lagi hanya boleh minum teh. Siapa meninggal duluan, dialah yang dianggap bersalah. Ternyata, peminum teh lebih dulu. Dan ditetapkanlah sebagai pihak bersalah. Sejak saat itulah, muncul kepercayaan, minum kopi memperpanjang umur.
Dalam catatan sejarah, penanaman komersial kopi pertama kali dilakukan di wilayah Arab di abad ke-15. Biji kopi serta potongan tanaman kopi tersebar ke daerah Aden, Mesir, Suriah, serta Turki di mana kopi terkenal sebagai “anggur arab”. Sempat diharamkan beberapa lama, kopi dengan cepat popular, apalagi setelah dibawa ke Eropa, sekitar abad ke-17. Konon setelah diam-diam diselundupkan dari jazirah Arab.
Kedai kopi Botega Delcafe muncul di tahun 1645 di Italia. Kedai kopi itu kemudian menjadi pusat pertemuan para cerdik pandai. Di Kota London, coffee house pertama dibuka di George Yard di Lombat Sreet. Di Paris, kedai kopi dibuka pada tahun 1671 di Saint Germain Fair.
Kopi  menyebar ke kawasan Amerika, Asia dan Afrika oleh para misionaris dan para kolonis Eropa. Penanaman kopi di Jawa dan wilayah lain di Indonesia dimulai di jaman pemerintahan Kolonial Belanda. Perkebunan kopi berada di bawah kontrol pemerintah. Dua jenis kopi, Robusta dan Arabika tumbuh baik di Indonesia. Kopi robusta tumbuh di daerah rendah, sedangkan kopi arabika tumbuh di daerah tinggi.
Saat ini, kopi merupakan minuman ke-2 yang dikonsumsi di seluruh dunia, setelah air. Di Finlandia  konsumsi kopi per orang sekitar 1400 cangkir setiap tahunnya! Kopi merupakan komoditas nomor dua yang paling banyak diperdagangkan setelah minyak bumi. Total 6,7 juta ton kopi diproduksi dalam kurun waktu 1998-2000 saja. FAO memperkirakan, pada tahun 2010, produksi kopi dunia akan mencapai 7 juta ton per tahun (netsains.com)

Kawasan Kebun Kopi

Apa perkebunan kopi pernah ada di lokasi yang kini kita kenal  Kawasan Kebun Kopi di Palu Sulawesi Tengah? Orang menduga di sini pernah ada,  lantas hilang karena dilanda penyakit atau kebakaran. Sayang  tidak ada catatan resmi soal ini.  Kini, Kebun Kopi terkenal karena dilalui jalan nasional, jalan arteri utama menghubungkan wilayah barat dan timur Provinsi Sulteng. Ruas jalan Kebun Kopi memiliki sekitar 300 tikungan terjal, menanjak hingga  ketinggian 1.200 meter dari permukaan laut.  Jalur ini menjadi pilihan utama transportasi darat dari Palu menuju kota-kota lain di Provinsi Gorontalo, Sulawesi Utara, Sulawesi Selatan, dan sebaliknya. Daerah ini menjadi rawan longsor menyusul penebangan liar. Pengendara  diimbau ekstra hati-hati karena kawasan itu adalah daerah perbukitan, memiliki struktur tanah labil dan berjurang. Sejak 1994, Pemerintah Provinsi Sulawesi Tengah menjadikan  Kebun Kopi sebagai Kawasan Hutan Lindung, menyusul maraknya pemalakan hutan. Kemacetan panjang sering terjadi di jalur ini, terutama jika terjadi longsor.

“Nbapa Uwentira”


Melalui kawasan Kebon Kopi, memang terasa berbeda. Jalan menanjak lagi miring, di tepian jurang pula, cukup membuat jantung berdegup. Namun, kawasan ini menyajikan pemandangan alam nan indah. Belum lagi udaranya yang sejuk. Di puncak adalah lokasi terbaik untuk mengasoh, sambil menikmati suasana alami pegunungan. Sejumlah warung berderet di pinggir jalan. Di puncak pula ada tugu mirip rudal, bercat kuning bertuliskan Nbapa Uwentira (kalau di Indonesiakan kira-kara berarti “kota yang kasat mata”).  Sepertinya ada kaitan dengan jembatan Uwentira yang  legendaris karena keangkerannya. Bahkan dikeramatkan. Di masa lalu, setiap kendaraan yang hendak lewat mesti membunyikan klakson 3 kali, agar bisa lewat dengan selamat. Masyarakat setempat, mayoritas suku Kaili  percaya persis di bawah jembatan Uwentira terdapatlah sebuah  "kota Jin", bak kota metropolitan. Konon ada jalur transportasi modern semacam MRT yang nyambung ke Bandara Mutiara, Palu. Tak pelak lagi, inilah "kota Jin" terbesar di Indonesia. Wow!! Hanya saja, sedikit orang  bisa melihat kota Jin ini. Mereka yang punya kemampuan plus, masih pula bisa melihat dan berjumpa "warga" Ngapa Uwentira yang belanja di pasar-pasar kota Palu. Tentu saja orang kebanyakan  tak bisa melihatnya. Saya pun tidak bisa. Orang-orang yang saya temui hanya berkomentar, "konon demikian adanya". Entah apa di balik  cerita mitos aneh ini. Yang pasti, ini semakin menambah misterius wilayah ini. Sama misteriusnya kopi yang seolah lenyap dari sini. Kalau tertarik dunia alam gaib, lokasi ini layak dan perlu Anda kunjungi.

Kopi Bintang Palu
Jika di kawasan Kebun Kopi tak tumbuh  kopi, bukan berarti di Palu tidak ada tanaman kopi. Kopi tumbuh dengan baik di daerah Kabupaten Donggala dan Luwuk. Tak setenar kopi Gayo dari Sumatera atau Kopi Toraja dari Sulawesi Selatan, Kopi Palu cukup enak di nikmati. Di sini, Kopi Bintang cukup terkenal. Kopi tubruk, produk lokal sebuah pabrik kopi di Palu. Namanya CV Bintang. Beberapa kali, saya bawa ke Makassar. Komentar teman saya, "cukup nendang"!!
Orang-orang Palu juga doyan “ngopi” di warung kopi yang tersebar di seantero kota. Salah satu favorite saya adalah Cafe Toragila, di Mall Tatura. Cafe ini menyediakan menu kopi premium, termasuk kopi Toraja. Selain itu dilengkapi juga fasilitas HotSpot. Tepatlah kafe ini menjadi pilihan "ngopi" dalam suasana nyaman, sambil ber-internet ria tanpa terganggu pemadaman listrik. Sesekali juga, saya "nongkrongin" Kafe Nemu di jalan Tururuka dan Kafe Harapan di Jalan Wahidin. Keduanya, menyediakan aneka kopi. Tinggal pesan sesuai selera!!


Kredit Foto
http://l24hrs.multiply.com/ Baca Sambungan :“MITOS KOPI DAN “KOTA NBAPA UWENTIRA” DI KAWASAN KEBUN KOPI, PALU SULTENG”

TITIP BANGGA UNTUK ANGGUN C SASMI

Bukan main, Anggun C Sasmi, Biduan Asia asal Indonesia paling sukses dalam karier musik internasional, dilantik sebagai "Goodwill Ambassador" FAO. Itulah kabar  dari Roma, markas (Badan Pangan Dunia) PBB itu. Anggun mendapat kepercayaan bergengsi itu bersama sejumlah figur terkenal semacam pelari terkenal Carl Lewis dan perancang busana Pierre Cardin. Mendapat kabar ini, tak sabar saya memesan lagu "Tua-Tua Keladi" ke stasion favorite saya, SkipFM, radio lokal di Kota Palu yang  bahkan sejak berdiri telah go Internasional dengan program radio streaming di Internet. Kalau Anggun memulai debut go internasional di tahun 1991, SkipFM memulainya di tahun 2007. Kini radio ini dapat anda akses di mana pun disudut dunia ini: http://onair.skipfm.co.id/.

Radio Skip-FM
Perkenalan saya dengan SkipFM bermula di Facebook, jejaring sosial yang lagi digandrungI dunia. SkipFM akronim dari Suara Komunikasi Internet Palu. Dan cukup digemari, terutama kalangan muda-mudi. Mulai mengudara medio April 2007, bersamaan dengan hari Ulang Tahun Anggun C. Sasmi. Skip kini punya komunitas yang menamakan diri "skipers". Boleh lah saya sekarang disebut "skiper" juga. Radio yang mengudara di frekuensi 94.3 FM ini punya moto keren: dimana saja dan kapan saja. Dari awal mengudara, SkipFM dengan brand "the smart and fun music stasion radio" sudah dapat didengarkan di seluruh dunia.

Kini, tiap kali saya online, skip menemani saya. Para penyiarnya - anak-anak muda -  tampil penuh percaya diri dengan logat khas Palu menyapa "skipers" mania yang tersebar di sudut-sudut terjauh bumi ini. Para "skipers" dapat berinteraksi,  termasuk memesan lagu melalui fasilitas shoutmix di halaman webnya. Radio ini dikelola orang-orang muda, yang memilik jam terbang yang cukup lama di dunia entertain dan radio.



Anggun Cipta Sasmi
Publik mengenal wanita kelahiran Jakarta 29 April  1974 ini sebagai lady rocker era 1980 dan 1990-an. Namanya dalam bahasa Bali berarti: A grace born out of a dream (anugerah yang lahir dari mimpi). Anggun memulai debut internasional pada tahun 1991. Anggun adalah artis Asia dengan penjualan album terlaris di luar kawasan Asia Timur, tidak seorang pun artis kelahiran Asia dengan angka penjualan album melebihi prestasinya itu. Albumnya yang berjudul "Snow On The Sahara" meraih puncak tangga lagu di lebih dari 15 negara di seluruh dunia (termasuk Italia). Dengan angka penjualan album jutaan keping, Anggun juga beberapa kali meraih penghargaan platinum record di Italia, hadiah dan penghargaan internasional, yang membuatnya pantas disebut "Artis Penembus Batas Negara". Selama berkarir, ia tercatat pernah tampil konser dengan musisi dunia semacam Peter Gabriel (Genesis), Pras (The Fugees), Michael Bolton, Julio Iglesias, Zucchero, Piero Pelu.Pada 2010, Anggun dijadwalkan membintangi sebuah film yang akan digarap sutradara kondang peraih Oscar, Claude Lelouch.Album terbarunya yang berjudul "Elevation" sukses di sejumlah negara. Sebagai Goodwill Ambassador Badan Pangan Dunia, Anggun mengatakan, "Saya tidak akan merasa lelah untuk terus memerangi kemiskinan dan mendukung seluruh kegiatan FAO di seluruh dunia, demi membantu orang-orang miskin agar mampu berupaya keluar dari persoalan mereka, terutama yang di akar rumput."
Tak ada yang sempurna. Kehidupan rumah tangganya, tidak secemerlang karier musiknya. Di tahun 1992 Anggun menikah dengan Michael de Gea asal Prancis, namun memutuskan bercerai 1999. Anggun lantas menikah dengan Olivier Maury di tahun 2003, yang juga menjadi managernya. Pasangan itu berpisah 2006 lalu. Satu tahun kemudian, Anggun melahirkan seorang putri, Kirana. Banyak yang berspekulasi hasil hubungannya dengan seorang penulis Prancis, Cyril Montana.

Lupakan sementara artis-artis kita yang sibuk mengurus naik turun popularitas lewat sensasi murahan. Abaikan media yang merasa hebat di kampung sendiri. Mari menitip bangga kita pada Anggung  C Sasmi. Mari pula sejenak kita nikmati lagu-lagunya lewat  album emasnya, Dunia Aku Punya" (1986)
Mimpi (1990) Takut (1990), Tua Tua Keladi (1990),Anak Putih Abu Abu (1991), Nocturno (1992),Gaya Remaja (1992), Anggun C. Sasmi... Lah!!!(1993)Yang Hilang (1994)Au Nom de la Lune (1997), Snow on the Sahara (1998), Anggun" (Indonesia, Malaysia dan Jepang) (1999)Chrysalis (2000),Dèsirs Contraires" (2000),Open Hearts" (2002)Luminescence(2005), Luminescence - Special Edition" (2006), Elevation" (2008). Oh, ya semua Anda bisa nikmati di Skip FM. Klik sekarang:   http://onair.skipfm.co.id/ Baca Sambungan :“TITIP BANGGA UNTUK ANGGUN C SASMI”

DI PANTOLOAN BERTEMU ACTOR "JIMMY LIN" DAN KAPAL TIDAR

Anda pernah dengar Pantoloan? Ya, Pantoloan sebuah kota pelabuhan di Palu, letaknya tak jauh dari bibir Teluk Palu. Saat berkunjung ke sana baru-baru ini, saya terkenang dau hal: Kapal Tidar dan aktor ganteng Jimmy Lin.

Penasaran ingin melihat keindahan Pantoloan, saya berkunjung  ke dermaga tertua dan paling ramai di Sulawesi Tengah ini. Sendirian. Saya memilih naik Taxi, angkutan umum dari kota Palu.  Tak kurang sejam tibalah saya di tujuan. Tarifnya hanya lima ribu perak. Jalan cukup mulus di jalur Trans Sulawesi, yang menyisir pantai barat Sulawesi Tengah menuju Gorontalo dan  Sulawesi Utara, Manado.

Pelabuhan Laut Pantoloan
Saya turun persis di pintu masuk pelabuhan. Sejumlah petugas berjaga di pintu, banyak orang berdatangan. Rupanya sedikit lagi, Kapal Tidar merapat. Kapal Tidar, adalah salah satu kapal penumpang besar milik PT Pelni. Kapal pertama yang pernah saya tumpangi ketika ke Surabaya beberapa tahun silam. Penuh kenangan. Saya membayar Rp 2 ribu untuk pass masuk. Sepanjang jalan masuk ke bagunan utama kantor pelabuhan, bergerombol orang di kios-kios yang menjual aneka makanan dan bahkan poster.
Gedung utama cukup luas dan besar, berlantai dua. Lantai satu, dijadikan kantor dan tempat registrasi penumpang. Lantai dua rupanya berupa hall, dilengkapi bangku-bangku. Bagian yang menghadap ke palabuhan dibiarkan terbuka, untuk menjaga suasana balkony. Dari sini kita dapat menyaksikan aktivitas di dermaga. Sudah banyak para penjemput duduk-duduk di sini menunggu datang para kerabat.

Di dermaga saya lihat ada tiga kapal barang yang sementara bongkar muat. Satunya lagi, sementara menjauh mungkin sudah bongkar muatan, atau entahlah. Saya lebih tertarik memandang suasana sekeliling pelabuhan. Tampak alami dan kecil tetapi cantik.  Laut teluk  Palu yang biru dan tenang. Di seberangnya rangkaian pegunungan Gawalise tampak menyatu dengan birunya langit di atas.  Angin yang bertiup cukup kencang siang itu. Sedikit melegahkan di tengah suhu udara yang hot. Asyik menikmati suasana yang sudah jarang saya rasakan ini,membuat saya tidak begitu hirau dengan orang-orang yang tengah berdatangan.
Sampai saya agak kaget, ketika seorang anak menyebut-nyebut dengan fasih nama aktor film Hongkong tahun 90-an, Jimmy Lin. "Ma, ini Jimmy Lin, yang di Tivi", kata anak itu sampil coba menarik perhatian ibunya yang sibuk bercengkrama, pada gambar poster yang tengah dia pegang.

Film Jimmy Lin

Poster di tangan gadis mungil ini, mengingatkan saya pada satu masa. Entah mengapa banyak yang menghubung-hubungkan saya dengan aktor ganteng manis imut yang disukai gadis-gadis remaja  awal tahun 90-an itu. Ada yang bilang saya mirip Jimmy Lin. Saya sendiri merasa dialah yang mestinya mirip saya (dengan agak nyombong). Tetapi apa boleh dikata, dia tenar karena akting  film. Saya bukan apa-apa, kecuali bahwa saya juga penyuka sejumlah film yang dibintanginya.
Dan ah, suasana pelabuhan menjelang kedatangan kapal penumpang, mengingatkan saya adegan Jimmy dalam film Flying Dagger. Film komedi action ini berkisah, sepasang paman dan ponakan Han Chong dan Han Lin (Tony Leung dan Jimmy Lin) pembunuh bayaran yang untuk menghabisi lawan bisnis. Salah satu adegan terjadi di pelabuhan, ketika keduanya bertarung dengang pesaing mereka di bisnis obat bius. Rasanya seperti diambil di pelabuhan Pantololan ini. Masih ada sejumlah film Jimmy yang mengambil setting pelabuhan, misalnya End of The Road dan Shaolin Popeye yang masih sering diputar di Televisi.

Kapal Tidar
Tak lama, orang mulai berteriak-teriak, kapal sudah tiba. Saya liat, benar. Tidar. Ia masih seperti dulu. Warna dominan putih masih tetap sama. Tidar tidak langsung merapat, ia mengambil manuver, memutar. Tidar masih  cukup cantik dan kokoh. Terkenang lagi, beberapa tahun silam, saat saya berdesak-desakan dengan ratusan bahkan hitungan ribu penumpang di pelabuhan Makassar menuju Surabaya. Di tengah lautan , kami dikejutkan dengan peristiwa  naas: sepasang kekasih menceburkan diri ke laut. Kapal berputar-putar mencari pasangan itu. Tidak ada tanda-tanda kehidupan, sehingga kapal melanjutkan perjalanan. Setahu saya peristiwa itu tidak pernah dimuat koran ataupun televisi.

Kali ini saya lihat penumpang tidak terlalu sesak. Kapal laut sudah kalah saing dengan pesawat sekarang ini. Penumpang yang turun tidak terlalu banyak. Penumpang yang naik pun, hanya beberapa saja. Tidar tiba dari Pelabuhan Sukarno Hatta di Makassar, dan akan terus ke Kalimantan. Saya melihat porter dan petugas pelabuhan menyerbu kapal.  Sejumlah polisi tampak berjaga-jaga memeriksa penumpang yang turun. Penjagaan rupanya diperketat di pelabuhan itu. Pantoloan merupakan pelabuhan utama masuk ke wilayah Sulawesi Tengah, termasuk wilayah  bekas konflik, Poso. Merasa telah puas melihat Pantoloan, saya kembali ke kota Palu. Sepanjang jalan pulang, dalam hati saya berpikir, bagaimana keindahan dermaga ini dikenal orang-orang. Itulah alasan, mengapa saya tidak sabar lagi membuat artikel ini untuk Anda para pembaca. Oh, ya apa memang saya ini mirip dengan Jimmy Lin ya?

Kredit Foto
www.dv2jimmylin.com/www.http//hudannur.blogspot.com/
www.reindo.co.id/ Baca Sambungan :“DI PANTOLOAN BERTEMU ACTOR "JIMMY LIN" DAN KAPAL TIDAR”

FILM ANYAR JULIA ROBERT DAN BIOSKOP BARU DI KOTA PALU



   Apa boleh buat, Julia Robert lebih memilih Bali untuk shooting film terbarunya. Lagi pula, film yang diangkat dari buku Eat, Love, Pray, karya novelis dan jurnalis Elizabet Gilbert memang mengambil setting di Ubut, Bali. Sayang sekali, Liz sang penulis tidak langsung mendapatkan lokasi pas untuk tiga hal: Makan, Bercinta dan Berdoa. Padahal, banyak tempat yang menyediakan ketiganya. Kota Palu, boleh lah disebut. Di sini banyak tempat makan. Untuk memadu kasih romantis juga pasti banyak. Lebih banyak lagi, tempat cocok untuk berdoa, bermeditasi. Guru-guru spiritual semacam Ketut Liyer juga banyak di sini. Toh, kita harus bisa  menerima, karena jalan ceritanya memang demikian. Setelah belajar soal makanan di Roma, Liz  mencari cinta ke kota romantik, India, dan akhirnya  ke pulau para Dewata, Bali di mana ia menemukan makna hidupnya lagi dalam keheningan doa.
Berita baiknya, gara-gara film  baru aktris cantik Pretti Women itu, kini telah muncul gagasan membuka kembali bioskop-biosko baru dan modern di kota ini. Sudah lebih 10 tahun,  warga kota Palu tidak bisa menikmati film bioskop.

 Bioskop Untuk Kota Palu

Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kota Palu berupaya menghidupkan kembali bioskop-bioskop yang telah tutup belasan tahun terakhir. Kepala Dinas, Sudaryano Lamangkona, kepada Tempo Interaktif, mengatakan, "Seandainya bioskop itu ada saya optimis bioskop tersebut bisa hidup dan menghibur masyarakat." Ia mencanangkan berusaha menarik investor yang mau menanamkan modalnya untuk menghidupkan kembali bioskop-bioskop di ibu kota Sulawesi Tengah itu. Ia mengakui menghidupkan kembali bioskop tidak mudah sebab alternatif tontonan sangat banyak. Olehnya, akan dipikirkan jalan keluar agar bioskop yang dibangun memiliki daya tarik bagi masyarakat. Tentu saja, warga menyambut baik ide sang Kadis. Lagipula selama ini tak bisa mengakses hiburan karena di Palu tak ada bioskop. Dan, aneh kota Palu sebagai ibukota provinsi tak punya bioskop.Nampaknya, film Eat, Love, and Pray, menjadi momentum kebangkitan kembali bioskop kota ini. Oh ya, rencanya film ini akan diputar di seluruh dunia tahun depan.

Buku Eat, Pray and Love

Buku ini adalah karya terbaru Elisabet Gilbert. Terbit tahun 2006. Berisi catatan harian (chronicel) penulisnya sendiri selama tahun-tahun pengembaraan spritual dan pengenalan dirinya selama berkelana ke luar negeri.  Memoar ini langsung menjadi Best Seller New York Time. Judul aslinya: Eat, Pray, Love: One Woman's Search for Everything Across Italy, India and Indonesia. Colombia Pictures, salah satu raksasa film dari Amerika berencana mengangkatnya ke layar lebar, dibintangi Julia Robert dan Leonardo Di Caprio.
Di bagian pertama buku ini, Liz mengisahkan pengalamannya  belajar "makan enak" di Roma.  Di bagian kedua, pembaca diajak belajar meditasi ala India. Kontemplasi untuk menata jiwa dilakukan selama empat bulan di Assam, India.

Baru di bagian akhir buku, Liz secara gamblang bercerita bagaimana akhirnya dia bertemu Felipe, orang Brazil yang juga jatuh cinta pada Ubud ! Liz dan Filipe akhirnya saling jatuh cinta. Di sinilah pula, Liz bertemu dengan Ketut Liyer, seorang pria Bali yang mengantarnya menemukan hidup kembali. Liz adalah seorang janda cerai yang berniat meninggalkan hidup mapan. Tidak peduli penampilan, hanya berkelana kemana-mana untuk melihat alam dan budaya dari berbagai belahan dunia. Kepuasan batinnya terjadi ketika dia menuliskan pengalamannya di novel-novel. Liz sepat tinggal empat bulan di Ubud, dan sempat "berpacaran" dengan Ketut Liyer.

Sumber Bacaan/Foto:
http://www.tempointeraktif.com
www.elizabethgilbert.com/faq.htm Baca Sambungan :“FILM ANYAR JULIA ROBERT DAN BIOSKOP BARU DI KOTA PALU”

Potensi Emas Poboya yang Menggiurkan

Emas di Poboya  benar-benar menjadi magnit. Diperkirakan ratusan, bisa ribuan penambang, berikut penadah tengah mengadu untung di lokasi ini. Omzetnya pun gila-gilaan,  miliaran setiap harinya. Data tak resmi menyebutkan setiap harinya  puluhan  kilogram emas berhasil didulang, dengan kadar 40-60%. Harga jual pun fantastis, rata-rata Rp. 60-130 ribu per gram. Menjualnya tak sesulit mendulang. Di sekitar desa Poboya, para pembeli telah siap menggelontorkan uang untuk setiap gram emas, logam yang tak lekang nilai keasliannya sepanjang sejarah.Desa yang pernah melambung namanya karena menjadi lokasi eksekusi Fabianus Tibo cs (terpidana mati atas kasus kerusuhan Poso, kini kembali melambung bak meteor. Anda berminat datang?

Poboya
Poboya kini sebuah wilayah kelurahan di Kecamatan Palu Timur, Palu Sulawesi Tengah. Tak diketahui secara pasti sejak kapan orang-orang mulai menambang emas di kawasan Taman Hutan Rakyat (Tahura) Poboya ini. Penduduk setempat mengenalnya sebagai lokasi kegiatan anak-anak Pramuka.  Aktivitas mulai sesaat setelah sejumlah geolog yang dikirim PT Citra Palu Mineral/CPM (perusahaan patungan PMDN dan PMA) pada akhir tahun 1998 melakukan pengeboran pada beberapa titik di lahan konservasi ini. Mereka mengambil sampel tanah mengandung emas guna kepentingan uji laboratorium. Pada awalnya, hanya segelintir penduduk setempat yang mendulang emas. Pola penambangannya pun  terbatas, dan hanya mendulang di sekitar aliran Sungai Poboya.



Tak lagi Tidur

Kesunyian khas desa hilang sudah di Poboya. Wartawan Kompas melukiskan dengan tepat berikut ini. Jarum jam menunjukkan pukul 14.00 wita, Jumat (24/7/2009). Matahari terik. Cuaca panas ini tak membuat penambang emas di Kelurahan Poboya, Kota Palu, Sulawesi Tengah, beranjak dari tempatnya memecah batu. Sebagian mengaso sebentar, berdiri lagi, lalu mengambil martil dan linggis untuk kembali sibuk menggali tanah dan memecah batu. Poboya hampir tak pernah tidur. Sejak pagi hingga malam, suara pukulan martil dan linggis beradu dengan batu-batu keras hampir tak pernah berhenti. Truk, mobil bak terbuka, dan kendaraan roda dua hilir mudik mengangkut karung berisi batu menuju permukiman terdekat di Poboya berjarak sekitar 10 kilometer. Jalan tanah sempit dan berbatu menyeberangi sungai bukan hambatan. Di rumah-rumah penduduk di Poboya, aktivitas warga tak kalah sibuknya. Membongkar karung, memukul batu hingga setengah hancur, lalu menggiling dalam tromol menjadi pemandangan lazim di rumah warga. Di lokasi penambangan tidak memungkinkan mengoperasikan tromol. Di rumah penduduk, kepingan batu dicuci dengan air raksa (merkuri) untuk memisahkan butiran emas dari tanah. Namun, tak semua batu mengandung emas. Kerap terjadi, tak sebutir emas ditemukan meski berkarung-karung batu yang dihancurkan. Namun, jika nasib lagi baik, batu-batu yang digali dan dihancurkan berisi butiran emas.(Kompas.com)

Saat ini penambang emas tradisional di Poboya, sesuai data Dewan Adat Poboya, jumlahnya mencapai 2.000 orang, 1.500 di antaranya berasal dari luar Kota Palu, yakni dari Manado, Makassar dan Gorontalo.


Berkah Emas Poboya



Poboya kini bak tanah harapan bagi penambang yang kian banyak berdatangan. Warga setempat pun seperti tak hirau. Sebagian malah mendapatkan keuntungan dari sewa tanah yang kebetulan berada di areal penambangan. Sebagian mendapatkan penghasilan dari uang jasa keluar masuk areal pertambangan sebesar Rp 10.000 per orang, sewa tromol, atau buruh angkut. Di kota Palu, beberapa bulan terakhir, mulai munculusaha bengkel las baru, untuk keperluan para penambang. “Awalnya bengkel las kami hanya melayani pengerjaan las biasa. Tapi ada beberapa pelanggan yang ingin dibuatkan tromol. Kami tertarik dan mencoba membuat tromol dengan berbagai ukuran,” ujar Eman, seperti dikutip harian Mercusuar. Sejak maraknya penambangan rakyat di Poboya, bengkel las yang terletak di Jalan Veteran ini, telah banyak melayani pesanan pembuatan tromol yang dipakai "menangkap" bijih emas. Kini dalam sehari ia bisa menjual 10-20 tromol yang telah siap pakai dengan harga bervariasi. Untuk tromol ukuran 45 X 60 M, dengan ketebalan 12 mm, dihargai Rp2,15 juta. Sedangkan ukuran 50 X 60 tebal 15mm dijual dengan harga Rp2,3 juta. Selain itu, Eman juga menjual alat tumbu-tumbu yang berfungsi untuk menghaluskan batu yang mengadung emas, dengan harga Rp17,5 juta.(harianmercusuar.com).

Emas

Emas dalam bahasa Sanskrit jval, Yunani χρυσος = chrysos, Latin aurum, Inggeris kuno gold, telah diketahui sebagai sangat berharga sejak zaman prasejarah. Hieroglif Mesir (2600 SM) mengatakan logam dan emas ada dinyatakan beberapa kali dalam Perjanjian Lama (Ing. Old Testament). Penjelajahan orang Eropah (pada zaman penjelajahan Eropah) ke benua Amerika didorong kabar bahawa bahan hiasan emas digunakan secara bebas di kalangan orang asli Amerika, terutamanya di Amerika Tengah, Peru, dan Colombia.

Kredit foto;
eddypalu.blogspot.com/2009/08/tambang-emas-poboya
www.harianmercusuar.com/.../1353_big.jpg
Baca Sambungan :“Potensi Emas Poboya yang Menggiurkan”

Surat Untuk Nia Ramadhani dan Ardie Bakrie



Salam! Komiu Nipotoveka!!

Nia, saya nge-fans pada Anda dan pada sisi tertentu mengagumi Ardi. Berita baik tentang Anda berdua,sudah saya baca di http://id.news.yahoo.com/kplg/20091017/ten-nia-ramadhani-dipinang-kekasih-51d3def.html. Selamat atas pertunangan Anda!

Saya minta Anda berdua menjadi kebanggaan negeri ini. Sekiranya, Anda, sebagaimana pasangan lain, sudah merencanakan lokasi untuk menghabiskan bulan madu saya minta Anda berdua mempertimbangkan ini:
Satu, Anda hendaknya mengutamakan lokasi di dalam negeri. Di negeri kita ini, banyak tempat indah dan tak kalah romantik untuk melewatkan bulan madu yang tak pula kurang sensasinya.
Dua, negeri kita sekarang lagi prihatin menyusul sejumlah bencana. Semestinya Anda berdua menunjukkan solidaritas, dengan menghindari pesta yang wah dan bulan madu yang mahal di luar negeri.
Tiga,karena dua alasan ini, saya mengundang Anda menghabiskan bulan madu di kawasan Pantai Tanjung Karang. Sebuah "hidden paradise" yang nun jauh di pelosok pulau Sulawesi, tepatnya di Donggala. Donggala sebuah kota eksotik penuh peninggalan sejarah, sekitar 34 km dari Palu, ibu kota Provinsi Sulawesi Tengah.

TANJUNG KARANG



Sekalipun bukan destinasi populer, mencapai Tanjung Karang sekarang ini jauh lebih mudah. Dari Jakarta, Anda berdua bisa memesan tiket penerbangan langsung, via Batavia air. Hanya dalam 3 jam, Anda sudah mendarat di Bandara Mutiara, Palu. Anda bisa memesan layanan antar jemput lokal untuk mengantar Anda ke Tanjung Karang. Saya merekomendasikan Anda memilih Prince John Resort sebagai tempat menginap. Cukup apik dan nyaman untuk berdua.


Di sini anda benar-benar akan menimati suasana alami sebuah pantai. Air laut jernih berpadu hamparan pasir putih akan menyambut Anda. Anda juga bisa bergabung dengan para penyelam dan pecinta snorkeling yang sudah lama menjadikan kawasan ini sebagai surga.

Pantai Tanjung Karang memang memiliki lanskap yang unik, tiada tara. Ia punya pantai landai dengan hamparan pasir putih dan air dangkal. Ia juga punya tebing tinggi dengan laut yang cukup dalam di depannya. Disinilah Anda berdua, tanpa perlu berenang ke terlalu jauh ke kedalamaman laut (hanya dengan jarak beberapa meter dari bibir pantai) bisa menyaksikan aneka koleksi alami terumbu karang yang keindahannya tak terkirakan.

Di malam hari, sebelum ritual malam penuh cumbu, Anda berdua dapat memesan api unggun untuk menikmati keindahan suasana malam, bintang-bintang di angkasa menyatu dengan gemerlapnya kota Donggala di kejauhan (sekira 5 km) serta indahnya lampu mercusuar yang menunggu di sudut tanjung ini. Saya pastikan Anda serasa ada dalam film Leonardo Dicaprio, The Beach.


Wassalam,


Toragila, Palu, 19 Oktober 2009


saya.

Kredit Foto
http://www.facebook.com/search/?q=rini+christina&init=quick#/photo.php?
http://jerryaurum.files.wordpress.com/2009/06/alexpoint-013.jpg Baca Sambungan :“Surat Untuk Nia Ramadhani dan Ardie Bakrie”

Kaledo : Makanan Khas Palu


Kaledo sudah demikian lekat dengan kota  Palu, saking lekatnya, rasanya belum terasa lengkap berkunjung ke sini tanpa menikmati Kaledo.  Orang pun secara informal menggelari Palu, Kota Kaledo. Ini masakan khas Sulawesi Tengah yang belakangan jadi ikon kota, yang letaknya di bibir teluk Palu yang indah memesona. Kaledo ini termasuk jenis masakan berkuah bening agak kekuning-kuningan. Rasanya sangat khas: asam gurih dan pedes. Bahan dasarnya tulang sapi.
Asal Muasal
Gara-gara tidak ada catatan resmi, tertulis mengenai asal-usulnya, banyak versi beredar soal asal muasal Kaledo ini. Hampir semua yang menulis soal Kaledo menyinggun versi cerita menggelikan ini. Konon suatu hari di  wilayah Sulawesi Tengah, tersebutlah seorang kaya dermawan memotong sapi dan membagi-membagikan gratis kepada penduduk sekitar. Orang Jawa, yang alon-alon klakon (pelan tapi pasti) namun pro aktif datang lebih awal. Hampir seluruh bagian  daging sapi yang empuk diambilnya, karena baik untuk membuat bakso. Orang Makassar, yang "siapa cepat siapa dapat" datang kemudian tinggal  mendapati bagian jeroan (isi perut). Tentu saja ini cocok untuk bahan coto, makanan khas Makassar. Nah, orang  Kaili, suku asli di Sulawesi Tengah, yang merasa dekat, datang terlambat. Mereka  hanya memperoleh tulang belulang.Konon karena malu dan tak ingin mengecewakan, tulang-tulang itu mereka masak juga, dan jadilah Kaledo.
Versi lain, ini agaknya lebih masuk di akal, menelusuri dari penamaan. Kaledo menurut versi ini, adalah kependekatan dari Kaki Lembu Donggala. Donggala adalah salah satu wilayah di Sulawesi Tengah yang banyak dihuni suku Kaili. Donggala selama ini dikenal dengan tenunan tradisionalnya, Sarung Donggala dan Sapi Donggala. Agaknya, penamaan ini hendak menggunakan ketenaran Sapi atua lembuh Donggala, untuk ikut mendongkrak nama masakan Kaledo, pada saat mulai menjadi menu yang dijual.

Yang khas
Kaledo boleh digolongkan sup ( makanan berkuah ) tulang sapi yang bening dengan bumbu cabe rawit yang telah dihaluskan, garam secukupnya dan asam mentah yang terlebih dahulu direbus dandilumatkan. Rasa asam dan pedas inilah ciri khasnya, yang dipastikan membuat Miyabi akan jatuh cinta sejak cicipan pertama. Ubi rebus terbaik akan menjadi makanan pendamping, masih ditambah buras

Rumah Makan Kaledo
Cukup banyak rumah makan di palu yang menyajikan Kaledo. Tetapi untuk Miyabi saya merekomendasikan Rumah Makan Kaledo Stereo atau Kaledo Skop, keduanya berada di kawasan Pantai Taman Ria. Sayakin, anggin pantai yang menghayutkan akan menambah "nendang" sajian Kaledo. Di daerah Tondo, saya merekomendasi Warung Mutiara Indah, dari sini, sambil menikmati sajian, Maria  yang konon terpesona gunung Pujiyama itu, akan menikmati keindahan panorama alam teluk Palu dengan latar pegunanan Gawalise yang nan eksotik. Kalau masih ada waktu, puteri blasteran Eropa-Jepang ini, akan diajak ke Donggala. Di sana akan singgah di Rumah Makan Megaria, dan Mpoi yang terletak di bibir pusat rekreasi Pantai Tumbelaka  atau yang bernuansa sederhana, Warung Lolioge, di Loli sekitar 13 km dari kota Palu.

Resep

Apa boleh buat, Miyabi telah batal datang. Saya tidak kecewa, saya menitip resep berikut yang saya kutip dari blog seorang petualang kuliner. Saya berharap, Miyabi (moga-moga membaca tulisan ini) dan pembaca dapat mencobanya sendiri.

Bahan :
Daging dan tulang kaki sapi - 1 Kg
Cabe Rawit hijau 10-20 buah (tergantung selera pedas)
Asam jawa yang mentah – 5-7 ruas
Garam secukupnya
Penyedap rasa
Jeruk nipis
Cara Pembuatan :
* daging dan tulang sapi dibersihkan dengan cara dicuci hingga bersih.
* Jerang air secukupnya dalam panci hingga mendidih
* Masukkan daging dan tulang sapi ke dalam panic tersebut, masak hingga daging tersebut setengah matang dan empuk
* Buang air rebusan daging tersebut dengan cara ditiriskan, kemudian jerang lagi air, setelah itu daging yang telah
matang tadi dimasukkan, hal ini dimaksudkan untuk mengurangi lemak daging pada kuah masakan.
* Setelah air tersebut mendidih, masukkanlah cabe rawit hijau , asam jawa, penyedap rasa dan garam secukupnya.
* Tutup dan rebuslah kembali hingga daging dan tulang kaki sapi benar-benar matang
* Sajikan dalam keadaan masih panas.
Untuk menambah harum aroma kaledo Anda bisa menambahkan bawang goreng asli khs palu dan jeruk nipis. Ini juga menjadi penawar bagi mereka yang punya keluhan kolesterol tinggi. Selamat menikmati. Baca Sambungan :“Kaledo : Makanan Khas Palu”

Maria Ozawa Batal Makan Kaledo

Batalnya kedatangan artis cantik asal Jepang Maria "Miyabi" Ozawa telah dipastikan Menteri Kebudayaan dan Pariwisata ad interim, Muhammad Nuh kemarin di Jakarta. Pembatalan itu menyusul adanya penolakan sejumlah kalangan di Indonesia.
Menteri telah mencapai kata sepakat dengan rumah produksi Maxima Picture untuk membatalkan kedatangan bintang film "porno" asal Jepang Maria Ozawa alias Miyabi ke Indonesia. "Kesepakatan pada Selasa (13/10) ini diambil untuk meredam kontroversi di masyarakat. Nuh yang juga Menkominfo itu, meminta Odi Mulya Hidayat dari Maxima Picture selaku produser  film tersebut untuk menerima pembatalan kehadiran bintang film yang belakangan mengundang kontroversial di masyarakat saat ini", demikian TVOne mengabarkan.
Dalam pertemuan itu, Maxima Picture sudah memastikan untuk membatalkan kehadiran Miyabi, demi menghindari kontroversial yang berkembang di masyarakat, sehingga tidak akan menambah persoalan.
Menurut Odi, pihaknya terpaksa membatalkan kehadiran Miyabi dan menunda penggarapan film "Menculik Miyabi" karena derasnya protes terhadap film itu. Pihaknya juga tidak akan memaksakan kedatangan Miyabi.
"Miyabi nggak jadi datang. Karena situasinya nggak mungkin jadi kedatangan Miyabi kita atur ulang lagi jadwalnya. Saya takut dengan demo-demo yang ramai sekarang ini," kata Ody Mulya Hidayat, Produser Maxima Picture seperti dikutip VIVAnews, Selasa 13 Oktober 2009.
 Berita ini tentu saja mengejutkan. Beberapa actor yang dikabarkan akan beradu acting dengan Miyabi dipastikan gigit jari.
Awal September, kawan saya dari Surabaya menanyakan apa yang khas di Sulawesi, yang bisa menarik buat Miyabi. Kawan ini rupanya tahu, bintang film "porno" yang kaya raya ini suka makan. Ia berencana mengajak Miyabi mencicipi sejumlah makanan khas tradisional Indonesia, termasuk yang saya usulkan: Kaledo dari Palu. Harapannya, ini mengangkat brand makanan asli Indonesia dari Palu itu ke level internasional.Sayang sekali ada penundaan. Maria Ozawa pun batal makan kaledo
Baca Sambungan :“Maria Ozawa Batal Makan Kaledo”

Welcome To Palu

Kota Palu adalah pusatnya Sulawesi Tengah dalam banyak aspeknya. Pengetahuan kita soal kota ini, sedikit banyak memberi kita wawasan soal wilayah-wilayah seputarnya.

Situs resmi berikut ini, terbilang layak Anda kunjungi bila menginginkan info spesifik soal Palu dan Sulteng seumumnya. Situs milik Disbudpar pemprov http://disparbud.sulteng.go.id memuat informasi sekilas tentang potensi wisata dan kebudayaan. Data-data terbaru potensi ekonomi dan bisnis dapat Anda akses di situs BPS,http://sulteng.bps.go.id dan di bidang pendidikan, bolehlah Anda singgah di situs milik Universitas Tadulako, http://www.untad.ac.id . Masih ada beberapa situs yang terkait, tetapi tentu masih amat sangat terbatas, lagi parsial sifatnya.

Welcome To Palu
Baca Sambungan :“Welcome To Palu”

SAMBUTAN


Sampesuvu!!! Palu sebuah kota. Semua juga tahu ini. Menyimpan banyak hal unik dan magis....hem, yang ini pasti mengundang tanya. Apa coba? Tahukah Anda, di Palu ada tugu khatulistiwa, yang menandai titik pusat garis khatulistiwa yang membelah bumi jadi dua, utara selatan? Atau segerombolan anoa dan burung maleo yang berkembang biak dengan baik, di taman nasional Lore Lindu yang tetap alami?
Daftar ini masih bisa diperpanjang lagi. Blog ini akan mengulasnya lebih rinci dan dalam....
Selamat menikmati situ-situs unik dan eksotik sebuah kota yang terhampar di tepian teluk Palu yang senatiasa biru dengan tiupan angin yang menghayutkan itu.


salam

komiu nipotoveku
kasihku untuk Anda Baca Sambungan :“SAMBUTAN”