Bali Setelah Beredar Film Cowboy in Paradise

Saya berkesempatan liburan ke Bali, awal Mei kemarin di saat Bali diguncang isu tak sedap: jadi surga bagi para gigolo, lelaki penghibur. Mengapa Pemda Bali kurang nyaman? Apa beda Tanjung Karang di Donggala dan Kuta?

Derai tawa Ni Kadek tak tertahankan di Bandara Ngurah Rai, saat saya bertanya soal Cowboys in Paradise. Gadis bali itu bekerja di salah satu konter layanan informasi hotel. Dengan keramahan khas Bali, ia memesankan hotel Santika di kawasan Kuta Bali.
Pak Putu, petugas taxi yang mengatar ke hotel bilang "Mas, soal gigolo itu, sudah rahasia umum di sini," kata dia. Dan, "Justru membuat banyak pengunjung karean penasaran."

Sejak Akhir April, bersamaan dengan beredarnya Cowboys in Paradise, Bali mendapatkan tumpahan turis yang semula hendak ke Thailand, yang tengah dilanda konflik politik.
Film dokumenter 'Cowboys in Paradise' bercerita tentang gigolo di pantai Kuta Bali. Film besutan sutradara asal Singapura, Amit Virmani, ini pun menuai kontroversial karena para pelaku yang disebut 'cowboys' dalam film ini membantah disebut sebagai gigolo.



Di sebuah situs, Amit menjelaskan panjang lebar mengenai film perdananya itu. Dia mengaku telah membuat riset saat berkunjung ke Bali, 2007 silam. "Saya tinggal selama sebulan di Bali dan banyak bertanya dan bertemu banyak orang," kata dia dalam laman itu. Dalam melakukan risetnya, Amit membawa kamera yang biasa dibawa turis untuk merekam sejumlah wawancara.
Film 'Cowboys in Paradise' besutan sutradara asal Singapura, Amit Virmani mampu menggemparkan Indonesia. Film dokumenter ini menuai kontroversi karena mengungkap sisi lain pariwisata Bali, gigolo.
Menurut pengakuan tiga pemuda pantai yang jadi pemeran film tersebut, Amit Virmani tak keluar banyak uang untuk membuat filmnya. Ada pemeran yang hanya dibayar Rp 150 ribu.
"Saya disuruh main surfing oleh Amit dan diberi uang Rp 150 ribu," kata Bima.

Sedangkan pengakuan Denis, seorang anak pantai asal Sumba, Sutradara Amit mengambil gambar aktivitasnya yang sedang bermain bola, secara sembunyi-sembunyi.
"Saya benar-benar tidak kenal Amit. Saat main bola, saya nggak tahu kalau direkam," kata Denis.

Film garapan sutradara asal Singapura keturunan India, Amit Vimani ini dibuat dari tahun 2007 hingga 2009.
Sementara itu, Kabid Humas Polda Bali, Kombes Gde Sugianyar mengatakan, secara diam-diam Amit mengambil gambar aktivitas anak-anak pantai tersebut.

Tiga beach boys yang sudah diperiksa adalah Arnold, tokoh yang mengucapkan I Love You di pembuka film, Argo (dipijit oleh para wanita bule) dan Fendy (bermain gitar)

Yang terakhir diperiksa adalah Aan, salah satu beach boys yang datang dari kampung halamannya di Jawa Timur, memenuni panggilan Polisi. "Saya datang untuk memberikan keterangan yang dibutuhkan, meskipun saat ini ibu saya tengah dirawat di rumah sakit", kata Aan sebagaimana dikutip koran Bali Post.

Kuta dan Tanjung Karang

Kuta masih seperti biasa. "What can i do for you..," sapa beach boys yang bertelanjang dada kepada para turis di Kuta. Mereka menawarkan sovenir, kacamata, tatoo, layanan selancar serta snorkling.

"Kuta sempat sepi tiga hari," kata Dian, penjaja pakaian di kawasan Kuta. Itu pun karena pemda melakukan razia.

Kuta dan Tanjung Karang

Malam minggu saya menghabiskan waktu di Pantai Kuta. Pasir Kuta tak lebih baik dari pasir pantai Tanjung Karang di Donggala, yang lebih bersih, putih dan halus. Tetapi, sementara area pantai pasir Kuta dibiarkan kosong, di Donggala bangunan-bangunan merangsek hingga ke bibir pantai. Kini, sedikit saja ruang untuk sekedar berjemur sambil menikmati halusnya pasir Tanjung Karang, yang sensasinya tak kurang nikmat. Bila Pemda Donggala tidak menertibkan bangunan-bangunan itu, sulitlah mendatangkan turis ke sana.
Selain Togian di Teluk Tomini, Tanjung Karang menjadi andalan wisata Sulawesi Tengah, yang akan menjadi tuan rumah even wisata Kemilau Sulawesi 3, bulan Juni ini.


Di Kuta turis dengan bebas tetap menikmati matahari dengan berjemur di pantai pasir. Di belakang hotel Santika, selain ada kolam renang, taman yang asri, terdapat juga hamparan pantai berpasir putih tempat tetamu bisa minikmati berjemur.

Wisata Danau di Bedugul yang saya kunjungi dipenuhi pengunjung. Demikian juga di kawasan Ubud,turis-turis dengan santai berjalan kaki di sepanjang jalan. Saya mesti mengantri sebelum mendapat sekuntum bunga harum sebelum masuk Museum seni Maestro Antonio Blanco di Ubud.

Sekalipun Film Cowboys in Paradise mendatangkan lebih banyak turis, Pemda Bali tampaknya tidak tinggal diam. Bali memang tengah berusaha menghapus image sebagai destinasi wisata murah. Tentu saja, isu gigolo yang "murahan" dalam film kontroversial ini, dapat semakin memperburuk citra Bali.

Related Post




0 komentar:

Posting Komentar