Tampilkan postingan dengan label Kuliner. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Kuliner. Tampilkan semua postingan

Menikmati Bubur Manado di Depot Citra Land, Palu


Ternyata Bubur Manado ada juga di Palu. Rasanya pun tak kalah nendang Bubur Manado favorit saya di Pantai Losari, Makassar. Selain itu, bubur manado di Palu ini menyandang nama keren, bubur manado citra land. Saya bertemu sajian khas manado itu Rabu (21/10) pagi ini?

Awalnya, saya lagi jalan-jalan pagi di seputar jalan Setiabudi-S.Parman di kawasan dekat kantor dinas Pertanian. Di dekat BNS (Bumi Nyiur Swalayan), saya melihat ada papan unik, Depot Citra Land. Nama citra land menggoda saya. Maklum di Makassar, orang lagi pada demam bicara soal kawasan perumahan elit Citra Land yang sudah siap huni Oktober ini. Saya berpikir jangan-jangan ada hubungan dengan sosok Ir. Ciputra yang menurut informasi, berasal dari Palu. Bos Ciputra ini lahir di Parigi, Sulteng, 24 Agustus 1931, kini seorang insinyur dan pengusaha pemilik grup pengembang rumah elit dengan merek Citra Land, yang kini sudah merambah ke manca negara. Kini bahkan sudah ada di Manado, Ambon, Makassar. Dan entah kapan di Palu, hehehe

Ternyata, selidik punya selidik, pemiliknya Ibu Ulfa Panyilie adalah asli Gorontalo. Di rumah sekaligus depotnya, di jalan Joyokodi No 2, ternyata tersedia aneka makanan. Juga ternyata Ibu Ulfa ini punya usaha produksi Bawang Goreng, Abon Ikan, Abon Daging, dan aneka kue-kue kering. Semua diberi label Citra Land!

Saya tergoda memesan bubur manado citra land. Ini kali pertama saya dapat bubur manado di Palu. Harga seporsi Rp. 10.000 plus air putih. Depot masih sepih di pagi hari. Meja-meja makan disusun apik di teras rumah yang asri. Aneka bunga sekeliling pagar menambah indah suasana di pagi hari.

Tak lama pesanan datang. Wow...porsinya cukup besar. Cukup untuk berdua, sebenarnya. Bubur manado citra land ini agak spesial, karena selain bubur, jagung, sayur bayam, ikan kering, dan sambel masih ada pula ubi kayu. Ubi kayu dipotong-potong kecil, tidak terlalu lembek sehingga menikmatinya cukup renyah. Saya menikmati dengan lahap. Karena panas dan agak pedis, wajar berkeringat sepangan makan. Sungguh nikmat di pagi hari.

Kalau ingin sarapan pagi, apalagi sehabis olah raga, saya rekomendasi Bubur Manado Citra Land ini. Oh ya, saya juga tertarik ingin membawa oleh-oleh Bawang Goreng dan Abon pas balik Makassar nanti. Harga Abon sapi ukuran besar Rp. 64.000, Bawang Goreng Rp. 89.000. "Kebetulan musim lagi bagus, kita dapat bawang goreng besar-besar dan bagus," ujar Dewi salah satu putri Ibu Ulfa yang melayani saya pagi ini. Sayang, hanya bawa uang pas, jadi mesti ke sini lagi belanja nanti. Depot Citra Land menyediakan sekaligus: wisata kuliner dan wisata oleh-oleh khas Palu, Sulteng.

Ada yang mau coba? Baca Sambungan :“Menikmati Bubur Manado di Depot Citra Land, Palu”

Mengunjungi Toli Toli Jelang Panen Raya Cengkeh


Berburu tanda tangan seorang clien, membawa saya untuk pertama kali ke Toli Toli, Sulawesi Tengah minggu lalu. Kunjungan singkat kali ini terasa istimewa karena berkesempatan memicu andrenalin di kawasan hutan Tinombala, menikmati ikan bakar khas Toli-Toli dan merasakan suasana kota itu menjelang panen raya cengkeh, yakni sekitar awal April ini. Sudah lama, wilayah yang memiliki luas wilayah 4.079.6 Km2 dengan jumlah penduduk sekitar 210.000 Jiwa ini dikenal sebagai penghasil cengkeh nomor wahid di Indonesia.


Sebetulnya dari Palu ada beberapa pilihan mencapai Toli-Toli. Dengan pesawat twin otter Merpati yang terbang sekali seminggu, hanya 30 menit saja sudah tiba. Jalur darat bisa melalui jalur Pantai Barat menyusur Selat Makassar atau Jalur Pantai Timur menyusur Teluk Tomini. Namun, Pantai Barat kurang populer. Selain lebih jauh (100 km), medannya berat, juga konon kurang aman bagi pengendara. Demikianlah, jalur Pantai Timur jadi pilihan utama, sekalipun juga tak kalah berat medannya. Sejauh pengalamanku, perjalanan ke Toli-Toli kali ini benar-benar mendebarkan.


Dengan menumpang armada Rental Lorenna saya meninggalkan Palu sekitar pukul 19.00 Wita.Karena memilih di jok depan, saya bayar ekstra Rp. 175 ribu. Menempuh Jalur Timur dengan kijang Inova baru dengan fasilitas AC dan full musik digital malam itu, tak kurang memicu andrenalin. Hanya berselang beberapa menit, kami sudah memasuki kawasan Kebun Kopi . Ruas jalan Kebun Kopi memiliki sekitar 300 tikungan terjal, menanjak hingga ke ketinggian 1.200 meter dari permukaan laut. Jalur ini menjadi pilihan utama transportasi darat dari Palu menuju kota-kota lain di Provinsi Gorontalo, Sulawesi Utara, Sulawesi Selatan, dan sebaliknya.

Penebangan liar menyebabkan jalur ini rawan longsor. Pengendara diimbau ekstra hati-hati karena kawasan perbukitan ini memiliki struktur tanah labil dan berjurang. Melintasi daerah keramat di jembatan di Uwentira malam hari, cukup membuat hati kecut. Untungnya, selepas Kebun Kopi, kami beristirahat menikmati sajian aneka menu di Warung Pinrang yang bersih di Toili, sebelum melanjutkan perjalanan menyusur pantai Teluk Tomini, lalu berbelok dan memotong Kota Raya.

Di kota Raya, sekali lagi kami berhenti. Tampak sudah banyak mobil rental tujuan Toli-Toli. Di warung Mbak (sebutan akrab untuk pemilik) itu, sopir-sopir rental tampak akrab. Suasana ini jarang terlihat di Makassar, Sulsel. Keakraban itu rupanya ada sebab. Mereka bersiap melintasi jalur maut, Pasir Putih.


Sejak meninggalkan daerah Kota Raya, jalan menanjak terus, dengan kondisi jalan berlubang sana sini. Saya ajak penumpang bercanda, tak ada tanggapan. Tampaknya semua orang menjadi tegang, dengan alasan yang segera saya akan tahu. Sopir yang saya ajak ngobrol menjawab sekenanya. "Mungkin konsentrasi karena jalanan rusak," kataku dalam bathin.


Kondisi jalan semakin rusak, dan memuncak saat kami tiba di jalur Pasir Putih di kawasan hutan pegunungan Tinombala. Terlihat barisan truk lagi mengantre. Malam pekat sekali. Mobil kami tiba-tiba berhenti sejenak sebelum mulai merayap pelan menuruni jalan terjal dan becek dalam gelap.


Rupanya inilah puncak Tinombala itu. Jalur terbilang sangat berbahaya, jalur terjal dengan kondisi jalanan yang selalu basah dan becek. Siapa pun pernah melewati jalur ini, akan merasakan beratnya jalan yang benar-benar memicu andrenalin ini. Saat menurun mobil hanya bisa merayap pelan, di saat mendaki harus tancap gas dengan resiko terpelanting. Hanya sopir berpengalaman saja yang berani melewati jalur ini.


Kabarnya, sudah berkali jalur ini diperbaiki, namun tak lama berselang material aspal lenyap tak berbekas. Di kawasan ini sejumlah orang bahkan berprofesi sebagai penarik mobil di lokasi tanjakan paling tajam di puncak Tinombala. Sekali menarik tarifnya bisa mencapai Rp. 500 ribu, tergantung hasil negosiasi. Biasanya, penumpang urun nyumbang. "Dari pada bermalam di sini, lebih milih bayar dan ikut narik pula," kata seorang penumpang yang sudah berkali melewati jalan ini.

Bisa dibayangkan, bila dalam sehari 100 unit mobil saja, kelompok ini sudah mengantongi jutaan rupiah. Hem.

Banyak yang menduga, rusaknya jalur itu karena ada unsur kesengajaan. Pegunungan Tinombala dicatat dalam sejarah kedirgantaraan karena menjadi lokasi jatuhnya pesawat Twin Otter milik Merpati tahun 1977. Konon, operasi penyelamatan penumpang oleh tim SAR adalah yang terbesar dan terkenal dalam sejarah Indonesia. Operasi Tinombala pun diabadikan sebagai sebuah film dan sampai sekarang kisah penumpang yang selamat dari Tinombala sering dijadikan inspirasi dalam latihan survival di Indonesia.


Kami tiba di Toli Toli sekitar pukul 07.00 pagi. Mimpi buruk seakan lenyap menyaksikan suasana kota pantai nan indah di pagi hari. Usai menuntaskan urusan tandatangan, Marthin, kawan saya mengajak makan ikan bakar di Tanjung Batu. Sambil menikmati sajian ikan bakar dengan aroma minyak kampung (kelapa) Marthin banyak cerita magisnya tiga pulau di depan kota Toli Toli, Lutungan, Kabeta, dan Simata. Yang paling keramat adalah Lutungan. Makam Raja Bantilan menjadi objek wisata ziarah di sana. Masyarakat setempat percaya, tiga pulau inilah yang menyangga dan mengawal Toli-Toli. Sebuah pesawat yang hendak mengebom Toli Toli dalam PD II jatuh tersunggur tak jauh dari Lutungan. Bangkainya kini menjadi rumah bagi ribuan ikan yang menyuplai kebutuhan masyarakat bahkan menjadi komoditas ekspor. Di sore hari sepanjang pantai Sandana (7 km) dari pusat kota, nelayan menggelar aneka ikan segar berukuran besar. Ikan di sini terasa lebih manis lagi gurih.

Nama Toli Toli konon berasal dari kata Totolu, yang berati tiga. Menurut mitos suku Toli Toli berasal dari 3 manusia langit yang turun ke bumi, Olisan Bulan, Bumbung Lanjat, dan Ue Saka. Nama Totolu berubah menjadi Tontoli sebagaimana dicatat dalam Lange-Contrack, 5 Juli 1858 ditandatangani wakil Belanda, Dirk Francois dengan Raja Bantilan Syaifuddin. Namun di tahun 1918 berubah menjadi Toli-Toli dan dicatat dalam dokumen Korte Verklaring, ditanda tangani Raja Haji Mohammad Ali. Nama itu bertahan hingga kini. Keturunan Raja Bantilan sejak masa reformasi banyak mengambil peranan dalam pemerintahan dan politik. Bupati saat ini, Ma'ruf Bantilan, juga keturunan Raja Bantilan. Dalam pilkada tahun ini, paling tidak 3 figur dari klan Bantilan akan ikut bertarung memperebutkan kursi Bupati.



Batal membawa saya mengunjungi Pantai Lalos yang konon terkenal karena keindahannya, Marthin mengajak saya keliling kota. Saya tertarik pada tuguh berbentuk buah Cengkeh yang berdiri seksi di tengah kota. Dari sana Marthin mengajak saya melayangkan pandangan ke bukit-bukit yang mengitari kota. Nyaris semua ditutupi pohon cengkeh. Dari kaki Panasakan samapai ke kaki Gunung Tuweley sekitar 28.000 hektar, terhampar perkebunan cengkeh. Tampak jelas bila cengkeh tengah berbuah lebat. Aroma khas Cengkeh pun mulai terasa.

Menurut Marthin, yang sehari-hari berdagang hasil bumi, 90% daerah pebukitan Toli Toli ditutupi areal pertanian cengkeh. Dalam soal cengkeh, wilayah ini layak diacungi jempol. Ketika harga cengkeh terjun bebas gara-gara kebijakan BPPC Tommy Suharto, para petani di sini tak membabat sama sekali cengkehnya, sebagaimana petani di daerah-daerah lain lakukan. Mereka beralih ke perkebunan coklat, dan kelapa serta padi di daerah yang lebih rendah. Demikianlah, hinggi kini Toli Toli tetap menjadi penghasil cengkeh terbesar dengan kualitas nomor satu di Indonesia. Perusahan-perusahan rokok besar, seperti Sampoerna, Gudang Garam, Jarum punya gudang-gudang penampungan cengkeh di sini.


Situs Pemda Toli Toli mencatat, dalam lima tahun terakhir hasil perkebunan cengkeh terus meningkat angkanya. Tahun 2002 dihasilkan 6.328 Ton, Tahun 2003 dihasilkan 1582 Ton, Lalu Tahun 2004 dihasilkan sekitar 1.604 Ton. Tahun 2005 sebanyak 2.245 Ton dan 2006 tetap tinggi yakni 2.133 Ton.

Jenis cengkeh yang paling banyak ditanam adalah zanzibar, seputih dan sikotok. Rata-rata produksi tertinggi sampai mencapai 8.000 Ton bahkan lebih.

Tahun ini, petani cengkeh bersiap panen raya lagi. Cengkeh berbuah lebat. Marthin bercerita, di masa panen,kota ini tiba-tiba menjadi sangat padat pendatang. Mereka datang dari berbagai daerah termasuk Sulbar dan Sulteng, sebagai pemetik cengkeh. Pada musim panen, dealer mobil dan motor kewalahan melayani pembeli. Dengan harga Rp. 30 ribu per-kilo, wajarlah para petani dan pemetik itu tiba-tiba berkantng tebal. Di masa itu, tingkat kejahatan pencurian dan perampokan meningkat.

Uniknya, perkebunan cengkeh di sini dikelola secara perorangan. Tak heran bila ada saja petani memiliki satu atau lebih bukit sekaligus di Toli-Toli.




Baca Sambungan :“Mengunjungi Toli Toli Jelang Panen Raya Cengkeh”

Kaledo : Makanan Khas Palu


Kaledo sudah demikian lekat dengan kota  Palu, saking lekatnya, rasanya belum terasa lengkap berkunjung ke sini tanpa menikmati Kaledo.  Orang pun secara informal menggelari Palu, Kota Kaledo. Ini masakan khas Sulawesi Tengah yang belakangan jadi ikon kota, yang letaknya di bibir teluk Palu yang indah memesona. Kaledo ini termasuk jenis masakan berkuah bening agak kekuning-kuningan. Rasanya sangat khas: asam gurih dan pedes. Bahan dasarnya tulang sapi.
Asal Muasal
Gara-gara tidak ada catatan resmi, tertulis mengenai asal-usulnya, banyak versi beredar soal asal muasal Kaledo ini. Hampir semua yang menulis soal Kaledo menyinggun versi cerita menggelikan ini. Konon suatu hari di  wilayah Sulawesi Tengah, tersebutlah seorang kaya dermawan memotong sapi dan membagi-membagikan gratis kepada penduduk sekitar. Orang Jawa, yang alon-alon klakon (pelan tapi pasti) namun pro aktif datang lebih awal. Hampir seluruh bagian  daging sapi yang empuk diambilnya, karena baik untuk membuat bakso. Orang Makassar, yang "siapa cepat siapa dapat" datang kemudian tinggal  mendapati bagian jeroan (isi perut). Tentu saja ini cocok untuk bahan coto, makanan khas Makassar. Nah, orang  Kaili, suku asli di Sulawesi Tengah, yang merasa dekat, datang terlambat. Mereka  hanya memperoleh tulang belulang.Konon karena malu dan tak ingin mengecewakan, tulang-tulang itu mereka masak juga, dan jadilah Kaledo.
Versi lain, ini agaknya lebih masuk di akal, menelusuri dari penamaan. Kaledo menurut versi ini, adalah kependekatan dari Kaki Lembu Donggala. Donggala adalah salah satu wilayah di Sulawesi Tengah yang banyak dihuni suku Kaili. Donggala selama ini dikenal dengan tenunan tradisionalnya, Sarung Donggala dan Sapi Donggala. Agaknya, penamaan ini hendak menggunakan ketenaran Sapi atua lembuh Donggala, untuk ikut mendongkrak nama masakan Kaledo, pada saat mulai menjadi menu yang dijual.

Yang khas
Kaledo boleh digolongkan sup ( makanan berkuah ) tulang sapi yang bening dengan bumbu cabe rawit yang telah dihaluskan, garam secukupnya dan asam mentah yang terlebih dahulu direbus dandilumatkan. Rasa asam dan pedas inilah ciri khasnya, yang dipastikan membuat Miyabi akan jatuh cinta sejak cicipan pertama. Ubi rebus terbaik akan menjadi makanan pendamping, masih ditambah buras

Rumah Makan Kaledo
Cukup banyak rumah makan di palu yang menyajikan Kaledo. Tetapi untuk Miyabi saya merekomendasikan Rumah Makan Kaledo Stereo atau Kaledo Skop, keduanya berada di kawasan Pantai Taman Ria. Sayakin, anggin pantai yang menghayutkan akan menambah "nendang" sajian Kaledo. Di daerah Tondo, saya merekomendasi Warung Mutiara Indah, dari sini, sambil menikmati sajian, Maria  yang konon terpesona gunung Pujiyama itu, akan menikmati keindahan panorama alam teluk Palu dengan latar pegunanan Gawalise yang nan eksotik. Kalau masih ada waktu, puteri blasteran Eropa-Jepang ini, akan diajak ke Donggala. Di sana akan singgah di Rumah Makan Megaria, dan Mpoi yang terletak di bibir pusat rekreasi Pantai Tumbelaka  atau yang bernuansa sederhana, Warung Lolioge, di Loli sekitar 13 km dari kota Palu.

Resep

Apa boleh buat, Miyabi telah batal datang. Saya tidak kecewa, saya menitip resep berikut yang saya kutip dari blog seorang petualang kuliner. Saya berharap, Miyabi (moga-moga membaca tulisan ini) dan pembaca dapat mencobanya sendiri.

Bahan :
Daging dan tulang kaki sapi - 1 Kg
Cabe Rawit hijau 10-20 buah (tergantung selera pedas)
Asam jawa yang mentah – 5-7 ruas
Garam secukupnya
Penyedap rasa
Jeruk nipis
Cara Pembuatan :
* daging dan tulang sapi dibersihkan dengan cara dicuci hingga bersih.
* Jerang air secukupnya dalam panci hingga mendidih
* Masukkan daging dan tulang sapi ke dalam panic tersebut, masak hingga daging tersebut setengah matang dan empuk
* Buang air rebusan daging tersebut dengan cara ditiriskan, kemudian jerang lagi air, setelah itu daging yang telah
matang tadi dimasukkan, hal ini dimaksudkan untuk mengurangi lemak daging pada kuah masakan.
* Setelah air tersebut mendidih, masukkanlah cabe rawit hijau , asam jawa, penyedap rasa dan garam secukupnya.
* Tutup dan rebuslah kembali hingga daging dan tulang kaki sapi benar-benar matang
* Sajikan dalam keadaan masih panas.
Untuk menambah harum aroma kaledo Anda bisa menambahkan bawang goreng asli khs palu dan jeruk nipis. Ini juga menjadi penawar bagi mereka yang punya keluhan kolesterol tinggi. Selamat menikmati. Baca Sambungan :“Kaledo : Makanan Khas Palu”

Maria Ozawa Batal Makan Kaledo

Batalnya kedatangan artis cantik asal Jepang Maria "Miyabi" Ozawa telah dipastikan Menteri Kebudayaan dan Pariwisata ad interim, Muhammad Nuh kemarin di Jakarta. Pembatalan itu menyusul adanya penolakan sejumlah kalangan di Indonesia.
Menteri telah mencapai kata sepakat dengan rumah produksi Maxima Picture untuk membatalkan kedatangan bintang film "porno" asal Jepang Maria Ozawa alias Miyabi ke Indonesia. "Kesepakatan pada Selasa (13/10) ini diambil untuk meredam kontroversi di masyarakat. Nuh yang juga Menkominfo itu, meminta Odi Mulya Hidayat dari Maxima Picture selaku produser  film tersebut untuk menerima pembatalan kehadiran bintang film yang belakangan mengundang kontroversial di masyarakat saat ini", demikian TVOne mengabarkan.
Dalam pertemuan itu, Maxima Picture sudah memastikan untuk membatalkan kehadiran Miyabi, demi menghindari kontroversial yang berkembang di masyarakat, sehingga tidak akan menambah persoalan.
Menurut Odi, pihaknya terpaksa membatalkan kehadiran Miyabi dan menunda penggarapan film "Menculik Miyabi" karena derasnya protes terhadap film itu. Pihaknya juga tidak akan memaksakan kedatangan Miyabi.
"Miyabi nggak jadi datang. Karena situasinya nggak mungkin jadi kedatangan Miyabi kita atur ulang lagi jadwalnya. Saya takut dengan demo-demo yang ramai sekarang ini," kata Ody Mulya Hidayat, Produser Maxima Picture seperti dikutip VIVAnews, Selasa 13 Oktober 2009.
 Berita ini tentu saja mengejutkan. Beberapa actor yang dikabarkan akan beradu acting dengan Miyabi dipastikan gigit jari.
Awal September, kawan saya dari Surabaya menanyakan apa yang khas di Sulawesi, yang bisa menarik buat Miyabi. Kawan ini rupanya tahu, bintang film "porno" yang kaya raya ini suka makan. Ia berencana mengajak Miyabi mencicipi sejumlah makanan khas tradisional Indonesia, termasuk yang saya usulkan: Kaledo dari Palu. Harapannya, ini mengangkat brand makanan asli Indonesia dari Palu itu ke level internasional.Sayang sekali ada penundaan. Maria Ozawa pun batal makan kaledo
Baca Sambungan :“Maria Ozawa Batal Makan Kaledo”

Welcome To Palu

Kota Palu adalah pusatnya Sulawesi Tengah dalam banyak aspeknya. Pengetahuan kita soal kota ini, sedikit banyak memberi kita wawasan soal wilayah-wilayah seputarnya.

Situs resmi berikut ini, terbilang layak Anda kunjungi bila menginginkan info spesifik soal Palu dan Sulteng seumumnya. Situs milik Disbudpar pemprov http://disparbud.sulteng.go.id memuat informasi sekilas tentang potensi wisata dan kebudayaan. Data-data terbaru potensi ekonomi dan bisnis dapat Anda akses di situs BPS,http://sulteng.bps.go.id dan di bidang pendidikan, bolehlah Anda singgah di situs milik Universitas Tadulako, http://www.untad.ac.id . Masih ada beberapa situs yang terkait, tetapi tentu masih amat sangat terbatas, lagi parsial sifatnya.

Welcome To Palu
Baca Sambungan :“Welcome To Palu”